Jumat, 28 Juni 2019

Cara Membuat Ketupat, No Ribet dan Hemat Gas


Hai, hai!
Emakers yang dirahmati Allah, maafkeun, ya. Pasca sukses mencoba resep 5.30.7 membuat Ketupat , lebaran lalu, aku lupa berbagi tips dan triknya, padahal sudah janji. Heuheuu ....

Tapi, nggak ada yang nanya or nungguin, sih. Nggak papa lah, ngayal dikit kalo blognya itu udah banyak viewersnya dan sedang dinanti tayangnya. Nggak dosa, kan? Hehehe ....

Kemon, lanjut.

Jadi gini, aku tuh kan tipe cewek yang sedikit pemalas, sedikit lho, meski sudah menikah. Nah untuk urusan masak-memasak lebih sering beli. Coz, harga beli lauk matang jika dibandingkan dengan bahan mentahnya, ternyata lebih murah lauk yang sudah matang.

So, sebagai istri bersuami penghasilan pas-pasan; pas mau sedekah ada, pas mau beli bakso ada, pas mau beli buku ada, pas mau ikut kelas online ada, pas mau apa aja pokoknya ada. Aku lebih milih beli lauk matang. Apalagi kalo untuk masak yang kayaknya ribet banget, semacam ketupat dan kembarannya, rendang beserta kawan-kawannya, aku selalu menghindar.

Nah! Setelah baca postingan kakak di grup WaG keluarga tentang metode 5.30.7, aku yang punya jiwa kreatif; ssttt ... dilarang bully, penasaran pengen coba. Dan ternyata, alhamdulillah berhasil. Langsung deh pamer. Semua grup aku kirimin foto keberhasilan. Hahaha ....

Udah, ah! Yuuk langsung intip tips n trik bikin ketupat dengan metode 5.30.7.

1. Siapkan bungkus ketupat. Aku cuma nyiapin 10 bungkus, karena masih coba-coba. Cuci, lalu tiriskan.
2. Siapkan beras. Aku pake beras merah yang sudah dicampur beras putih yang biasa buat masak, satu cangkir gelas plastik. Cuci bersih, lalu tiriskan.
3. Isikan beras ke dalam selongsong ketupat, sampai setengah bagian.
4. Masukkan dalam panci, isi air sampai menutupi seluruh ketupat. Tutup.
5. Nyalakan kompor.
6. Setelah mendidih, tunggu 5 menit lalu matikan kompor.
7. Diamkan selama 30 menit, dalam keadaan panci tertutup. FYI, meski kompor dalam posisi off, tapi proses pematangam tetap terjadi.
8. Setelah 30 menit, nyalakan kembali kompor selama 7 menit.
9. Matikan kompor dan taraaa ..., ketupat sudah matang, kenyal, dan padat.
10. Tiriskan dengan cara digantung supaya tidak mudah basi. Jika sudah dingin, bisa masukkan kulkas. Tinggal dihangatkan sesaat akan dikonsumsi.

Alhamdulillah, cara ini sukses. No ribet! Dijamin hemat pemakaian gas.

Tahukah, Emak. Selama memasak, saya sampai bikin alarm di hp, supaya tidak terlewat. Wkwkwkwk ....

Metode 5.30.7 ini juga katanya bisa diaplikasikan untuk memasak bahan lainnya yang terkenal lama prosesnya, seperti; burjo, daging, ayam, lontong (kembarannya ketupat),  etc.

Oh, iya. Sebagai informasi tambahan. Saya menggunakan panci biasa, karena belum punya presto. Buat Emak yang udah punya panci presto kayaknya metode ini nggak perlu dipake. Karena presto berdaya tekanan uap tinggi, yang mampu membuat masakan lebih cepat matang dan empuk.

Selamat mencoba, ya, Mak. Semoga sukses, dan jangan lupa sharing balik yaaa... pengalamannya.

Bekasi, 28 Juni 2019

Senin, 24 Juni 2019

Bintang Kecil


Mereka adalah bintang-bintang kecilku. Kebanggaanku. Yang dengan menatapnya, membangkitkan gelora asa. Lantas segera melangitkan harap, semoga aku diberi serupa dengan mereka.

Mereka istemewa, memiliki tahta tersendiri dalam sanubariku.


                   

Ada Ananda Djasmine, yang paling semangat, banyak, bagus, dan kuat hapalannya. Semoga kelak bisa menghadiahkan mahkota cahaya pada Mama dan papa.

Putri cantikku, Tiara, hadir berjiwa dewasa dalam sosok mungilnya. Lisan yang selalu memuji dan menyenangkan hati, jemari yang terkadang memijit pundak tanpa diminta, membuat aku bangga memilikinya meski hanya satu tahun.

                  

Putri manis berbulu mata lentik, Farah. Tatapan, ucapan, lakunya lembut. Membuat siapa pun yang memandang, ingin mendekap, menatap matanya, dan jatuh cinta.

Adalah Awa, putri manjaku. Dengan kemanjaannya telah membuatku merasa menjadi seorang ibu sejati. Ketekunannya belajar, telah menghantarkannya pada metamorfosis yang indah.

Nadia, putri mungil berlesung pipit, yang selalu ceria dan tersenyum setiap kali bersitatap. Penyabar dan ramah pada semua teman, membuatnya jadi rebutan. Memandangnya membuatku ingin memiliki dan membawanya pulang.

Vika, putri terlamaku. Kemandiriannya membuatku berkali-kali mengacungkan jempol. Kemampuannya menghadapi masalah dengan teman, membuatku tenang dan bangga.

Keke, menatap putri cantik yang satu ini, selalu mampu meredam emosi yang sering bergejolak saat hati tak siap menghadapi keaktifan anak yang lain. Bukan pendiam, karena terlihat sering membimbing dan menasehati teman yang lain, tapi menjaga cakap agar tak lepas sembarangan.

Satu lagi putri tomboyku, Muthia. Kehalusan pekerti, kesantunan, dan kemandiriannya membuaku bangga. Tingkah aktifnya yang lebih senang bergaul dengan teman pria, membuat aku seperti memandang cermin, Nia kecil. Dan lengkung pelangi terbalik pasti tercipta di bibir kami berdua, saat mengingatkannya untuk lebih memilih teman perempuan.

Pria kecilku, Adit, membuat perpisahan terasa sulit dan berharap tidak terjadi. Pelukan serta ucapannya yang tak mau berpisah, berhasil mencipta haru di relung kalbu.

Naufal, putra bongsor berlesung pipitku ini, selalu membuatku tersenyum. Tingkah riang dan kepandaiannya merayu agar terhindar dari peringatan, selalu berhasil menyadarkan keegoisanku untuk selalu membumi dan menundukkan amarah.

Putra kecilku, Majid. Pembawaannya yang tenang, kalem, cool, rasa-rasanya akan mudah membuat para gadis jatuh cinta kelak. Kreatifitasnya dalam mencoba warna dan bermain simbolik membuatku tersadar, dunia ini memang indah. Apa pun yang terjadi, tersenyumlah, seperti Majid, yang bisa membuat semua hal menjadi menyenangkan.

                 

Ada juga sosok pria kecil layaknya detektif Conan, tokoh kartun favoritku, Zahran. Dia akan terus mengejarku jika jawaban yang diberikan belum memuaskannya. Pelukan dan ciuman kecilnya selalu melengkapi rasa memiliki anak. Haru sering kali mampir dan membuat netraku mendung, tiap kali dia bergelayut manja dan minta dipangku.

Putraku yang lain adalah, Yudhis. Pendiam, tak banyak cakap, namun sering mencuri pandang. Dan lengkung pelangi terbalik pasti tercipta di wajahnya, saat bersitatap, hingga membuatku salah tingkah. Apa yang aneh dengan diriku hari ini? Repleks, memeriksa keadaan diri. Membuatku GR, dan merasa sangat diperhatikan. Senyum tulusnya, membuatku selalu merinduinya setiap hari.

Barra, pria kecil keturunan Aceh ini sering membantu menjaga kelas, saat aku ada keperluan meninggalkan kelas sesaat. Membuatku tenang, dan senang mengandalkannya.

Putraku yang lain adalah Bryan. Sosoknya yang aktif dan periang, mampu membuat suasana kelas menjadi hangat. Kecekatannya dalam menjawab pertanyaan, membuat semua kepala temannya menoleh dan bertepuk tangan.

Satu tahun membersamainya, seakan sangat singkat. Rasanya baru kemarin, saat di antara mereka ada yang masih harus kudekap dan gendong, karena harus berpisah sesaat dengan Mama. Kini, rasanya aku yang harus dipeluk untuk menghilangkan resah karena harus berpisah dengan mereka.

Rasanya baru kemarin, aku menghapus rinai yang membanjir di pipi mungil mereka, ketika pintu kelas mulai ditutup, dan punggung Mama tak nampak lagi. Kini, rasanya aku yang butuh usapan jemari-jemari mungil itu untuk menghapus haru yang bergelanyut saat harus melepas mereka ke samudera kehidupan.

Rinai berkumpul di pelopak mata, bulirnya turun perlahan, saat kenyataan itu hadir di depan mata.

Ada pertemuan, pasti ada perpisahan. Meski hati tak menghendakinya, tapi demi kebaikan bintang-bintang kecilku, kuikhlaskan untuk tidak memeluk mereka lagi.

Beberapa saat lagi, mereka akan melesat , menggapai cita dan asanya. Aku, cukup puas mengantarkan mereka di gerbang awal ini, Raudhatul Athfal.

Selamat mengangkasa bintang-bintang kecilku, doa ibu bersama kalian.

Bekasi, 25 Juni 2019.

Selasa, 11 Juni 2019

Buat Kamu yang Sedang Putus Cinta, Ikhlaskan atau Kamu Kena TBC


Membahas cinta sejoli memang tak 'kan pernah selesai. Tak cukup satu buku mengisahkan berbagai romantikanya. Dari mulai zaman Adam dan Hawa, hingga kini SBY dan Ani. Terus terkisahkan tiada henti, selama manusia masih menempati bumi.

Ada kisah yang berakhir tragedi seperti Romeo dan Juliet, ada pula yang bertabur bunga dari awal hingga terpisahkan maut seperti Ainun dan Habibie.

Ada yang ditinggal karena pengkhianatan, terpisah karena adat, tak dapat bersatu karena agama, tak dapat bersanding karena maut, dan kisah kelam lainnya.

Jika saat ini, Sobat sedang berada dalam kisah kelam --putus cinta, jangan bermuram durja.

Kalo terus meratapi, yang ada bukannya bahagia, tapi TBC (Tekanan Batin karena Cinta). Nah, bahaya 'kan!

Sebelum kena TBC akut, yuuk kita cegah, dengan mencari hikmah atas putusnya cinta.

Hikmah Putus Cinta

1. Memperingatkan kita bahwa pacaran itu salah

Dalam Surah Al Isra (17) ayat ke 32, Allah berfirman:

وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنٰۤى اِنَّهٗ كَا نَ فَاحِشَةً ۗ وَسَآءَ سَبِيْلًا
"Dan janganlah kamu mendekati zina; (zina) itu sungguh suatu perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk."

Kenapa pacaran dikatakan mendekati Zina?

Kalo pacaran pasti  kamu pengennya ketemuan terus, 'kan? Nggak ketemu maunya teleponan terus. Kalo udah ketemu, deket-deketan, pandang-pandangan, pegang-pegangan, cium-ciuman, peluk- ..., stop! Hehehe... nanti kebablasan.

Nah! Aktivitas seperti itu yang dikatakan mendekati zina.

Tapi 'kan, aku pacarannya islami lho, nggak pake deket-deketan apalagi pegang-pegangan.

Ada yang begitu?

Heemmm... pacaran islami itu cuma ada setelah diikat akad, jadi mo ngapa-ngapain aja bebas dan berpahala. Asal nggak ngelakuinnya di depan publik aja.

Terus?

Kalo mau menikah, dan sudah benar-benar siap, ya, ta'aruf (kenalan) aja, jangan pacaran. Ingat, ta'aruf itu beda lho, sama pacaran.

So? Enough!

2. Doi bukan jodoh kita

Ini yang harus kita yakini, Allah nggak akan mengambil sesuatu yang baik kecuali diganti oleh yang lebih baik.

Percaya deh, kalo jodoh mah sejauh apa pun pasti akan mendekat. Kalo bukan jodoh, meski pun dekat, ya, pasti akan menjauh.

Coba renungkan ini:

“Ketika hatimu terlalu berharap kepada seseorang maka Allah timpakan ke atas kamu pedihnya sebuah pengharapan, supaya kamu mengetahui bahwa Allah sangat mencemburui hati yang berharap selain Dia. Maka Allah menghalangimu dari perkara tersebut agar kamu kembali berharap kepada-Nya.” (Imam Syafi’i)

3. Mengajarkan kita untuk  bersabar.

Nggak akan mungkin dibilang sabar kalo belum pernah diuji. Anggap ini ujian, ikhlasin aja. Kalo Allah mau ngasih rezeki pasti komplit sama pembungkusnya. Ibarat permen, kita cuma mau nerima permen yang masih utuh dalam kemasannya, 'kan? Karena lebih yakin akan kebersihan dan kualitasnya.

Jodoh itu rezeki, jadi, terima putus cinta ini sebagai ujian/bungkus permen, dibalik itu pasti ada permen manis untuk kita.

Allah SWT berfirman:

فَاِ نَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا ۙ 
"Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan,"
اِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا ۗ 
"sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan."
(Al Insyirah ayat 5 dan 6)

Ini juga harus jadi pegangan:

“Sesungguhnya jika engkau meninggalkan sesuatu karena Allah, niscaya Allah akan memberi ganti padamu dengan yang lebih baik .” (HR. Ahmad. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini shohih)

See! Janji Allah itu pasti, tugas kita cuma yakin.

Nah, kalo sobat udah paham hikmahnya, cuslah move on.

Langkah-langkah Move On

1. Perbaiki sholatnya

Minta pertolongan dengan sabar dan sholat. Kalo udah bisa bersabar, kencengin dah tuh sholatnya. Geber pake rawatib, dhuha, dan tahujudnya jangan ketinggalan.

Allah SWT berfirman:

يٰۤاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اسْتَعِيْنُوْا بِا لصَّبْرِ وَا لصَّلٰوةِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ مَعَ الصّٰبِرِيْنَ
"Wahai orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan sholat. Sungguh, Allah beserta orang-orang yang sabar."
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 153)

2. Akrabkan diri dengan Al Qur'an

Al Qur'an bisa menjadi obat, sakit fisik maupun hati. Perbaiki bacaannya, banyakin tilawahnya, tingkatin hafalannya, dan amalin.

3. Perbanyak dzikrulloh

Kalo lagi putus cinta, banyak yang suka pada sering melamun, mikiran mantan, mikiran pilihannya mantan, mikiran kenapa begini, kenapa begitu, dan lain-lain. Ini bahaya! Bisa ngerusak hati dan yang paling serem, kerasukan. Bukan nakutin, cuma ngingetin aja.

Daripada, daripada, mendingan perbanyak mengingat Allah aja. Dijamin bikin tentrem dan sehat.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan berzikir (mengingat) Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram” (Qs. ar-Ra’du (13): 28).

4. Hadirilah majelis taklim

Ini nggak boleh dilupakan. Saat kita sedang terluka, jangan menyendiri. Cari tangan yang bisa menggenggam kita keluar dari jurang nestapa.

Agar move onnya terjaga, perlu membersamai orang-orang sholeh yang bisa menasihati saat kita sedang terpuruk. Dengan hadir di majelis taklim, menimba ilmu, dan berkumpul dengan orang sholeh, insyaAllah akan membuat kita semakin kuat.

Oke? Alhamdulillah. Selamat bebenah hati.

Bekasi, 11 Juni 2019.

------ 💘@@@@@@@💘 ------

Yakin Udah Move On?
By Nia Kurniawati

Katanya sudah melupakan, tapi selalu berkata dan menulis tentang dia.

Katanya sudah move on, tapi selalu peduli apakah dia acuh atau tidak.

Katanya ingin bangkit, tapi selalu  meratapi.

Memang susah urusannya kalo patah hati, apalagi soal pengkhianatan. Kita masih sayang, tapi tak sudi berbagi. Lalu, membiarkannya pergi membawa separuh hati. Kita meradang, mereka bahagia.

Setiap hari menanya kabar, bukan padanya, tapi dinding sosmed. Apa guna?

Saban menit mengoceh, seolah diri paling menderita.

Saban jam berkoar, seolah dia paling durjana.

Bila seperti itu, kapan luka akan sembuh? Ocehan dan koaran ibarat garam yang ditabur pada luka, bukan sembuh tapi malah semakin perih.

Lalu, bagaimana? Melupakan jelas tak mungkin apalagi jika dia adalah cinta pertama.

Peluk luka itu, balut dengan doa semoga dia bahagia dan kau pun bahagia. Taburi dengan syukur, perpisahan terjadi sebelum ijab mengikat diri. Lantas berkemas, memantaskan diri untuk pengganti yang pasti lebih baik. Hiasi dengan amal sholeh terbaik.

Tak mudah memang, tapi bukan sesuatu yang mustahil. Jangan hiraukan lagi apakah dia masih memedulikan kita atau tidak. Apakah dia terus menyelidik atau tidak. Apakah dia bahagia atau tidak. Apakah dia ... stop!

Lekas, lekaslah berkemas!

Bekasi, 11 Juni 2019










Rabu, 05 Juni 2019

Pengalaman Pertama

Hai, Gengs, apa kabar?
Semoga selalu dalam naungan Allah. Diberi kesehatan jiwa dan raga, keberkahan dan keta'atan beribadah pada-Nya.

Masih suasana lebaran, aku ucapin Selamat Hari Raya Iedul Fitri 1440 Hijriyah, Taqobbalallahu minna wa minkum, Shiyamana wa shiya minkum, Kullu 'aam wa antum bi khoir. Mohon maaf lahir dan batin, ya, Gengs. Mungkin ada kata-kata dari postingan aku yang menyinggung perasaan.

Ramadhan baru aja berlalu, Gengs. Ada rasa pilu, sesak, khouf, dan roja' menyelimuti kalbu. Akankah, kita dipertemukan dengan Ramadhan yang akan datang?

Di antara pilu, terselip bahagia. Karena bertemu orang terkasih, saudara, dan teman yang lama tak bersua. Iedul Fitri, memang selalu seperti itu. Sedih ditinggal Ramadhan, sekaligus bahagia meyambut jiwa yang kembali fitri, insyaAllah.

Nah, pada lebaran kali ini, ada kebahagian tersendiri buat aku, Gengs. Yaitu, bisa bikin ketupat sendiri.

Norak? Biarin aja. Namanya pengalaman pertama. Yang pertama memang selalu bikin excited n happy. Hehehe...

Jadi gini, Gengs. Aku tuh kan, termasuk jenis orang yang sedikit pemalas. Sedikit, lho, ya, ga banyak. Nah, untuk urusan makan, seringnya aku cuma bisa jadi penikmat. Kecuali untuk makanan; nasi putih, tempe goreng, tahu goreng, telur ceplok, dan telur dadar. Ke-5 makanan tersebut aku udah bisa ngolahnya. Jangan diketawain, lho! Ya, diketawain juga. Tapi, oke lah, ga papa, masih lebaran, aku maafin. Wkwkwkwk ....

Sajian lebaran, seperti ketupat dan opor ayam, hampir bisa dipastikan selama 41 tahun, aku cuma bisa jadi penikmat aja. Nah! Tahun ini, beda, Gengs. Aku bisa buat ketupat dan opor-oporan ayam sendiri (namanya opor-oporan, karena lupa ga beli santennya. Mau balik, males. Jarak pasarnya lumayan dari rumah. Warung deket rumah dah pada mudik orangnya).

Ketupatku itu istimewa, Gengs. Ini alasannya:

1. Buatan sendiri
2. Kreasi perdana
3. Masaknya cepat
4. Campuran beras merah, beda dengan ketupat lainnya
5. Enak. Meski kata ponakan "kupate atos koyo watu". Tetep istimewa. Salah sendiri, makan ketupat yang udah masuk kulkas tanpa diangetin dulu.

Sebelumnya, aku ga pernah mau nyoba bikin ketupat sendiri karena alasannya banyak.

1. Lama
2. Boros gas, karena ga punya tungku dapur kayu
3. Takut gosong, karena harus sering ngecek keadaan air rebusan

Ternyata, alasan itu semua terbantahkan setelah aku membaca postingan kakak di WA grup family tentang sistem masak 5.30.7. Untuk lebih meyakinkan, aku cek google. Ternyata udah banyak testimoni keberhasilannya. Hasil jelajah google itu, membuat aku memutuskan beli solongsong ketupat pada hari Senin, 3 Juni 2019. Aku ga berani beli banyak, cuma 10 buah aja. Juga beli satu ekor ayam, satu papan tempe, dan bumbu dapur.

Fyi, aku lebih suka tempe daripada ayam. Makanya, opornya aku campur tempe.

Apa Itu Cara Masak Dengan Metode 5-30-7?

Seperti yang dilansir oleh doyanresep.com, 5.30.7 itu merupakan metode memasak dengan 5 menit perebusan, diamkan perebusan selama 30 menit dengan posisi kompor dalam keadaan mati dan panci tertutup rapat, kemudian rebus kembali selama 7 menit. 5 menit pertama dihitung setelah air mendidih ya, Gengs.

Karena ini pertama kalinya aku coba masak, aku ga mau dong gagal. Meski dalam tahap belajar gagal itu sebuah keharusan. Tapi, selama bisa diminimalisir, kenapa ga? Jadilah, aku melakukan uji coba dulu.

Berhubung selongsong ketupatnya terbatas, dan aku malas balik lagi ke pasar, aku coba buat dengan menggunakan plastik yang ada di rumah, plastik es mambo. Jangan ditiru ya, Gengs. Kurang baik untuk kesehatan.

Aku buat lontong beras merah, dengan menggunakan plastik. Ga banyak, cuma lima buah aja. Plastik, aku isikan beras merah campuran yang sebelumnya sudah dicuci. Isinya dua per tiga dari panjang plastik. Aku masak dengan metode 5.30.7. Dan ... alhamdulillah berhasil.
DokPri

Semakin kuatlah, keyakinanku untuk eksekusi ketupat. Dan ... alhamdulillah berhasil.
DokPri

Opor-oporan ayam juga aku masak dengan metode yang sama, hasilnya? Alhamdulillah berhasil. Dagingnya empuk, tapi keasinan. Awas! Jangan diketawain.
DokPri
DokPri

Alhamdulillah.

Next, aku mau coba bikin bubur kacang ijo. Ayo, Gengs coba juga yaaa ...! Untuk resep cara bikin ketupat beras merah ala-ala Nia, lebih lengkapnya tunggu di postingan berikutnya. 😉

Selamat mencoba!

Bekasi, 6 Juni 2019

Sabtu, 01 Juni 2019

Paradox of Candy

Gambar permen dokumen pribadi

Suatu hari, saya sedang dalam keresahan yang sangat. Seorang teman yang sering saya jadikan panutan dan guru dalam dunia tulis menulis, tiba-tiba mengirim chat, "Kak, mau baca buku non fiksi, ga? Bukunya bagus banget lho!". Dia juga mengirimkan e-book yang berjudul Rahasia Magnet Rezeki karya Ust. Nasrullah.

Dalam hati saya berpikir, "MaasyaAllah, kok bisa ya?" Ternyata benar. Allah akan mengirimkan, mendekatkan orang-orang yang satu frekuensi dengan kita.

Padahal, teman saya itu tidak tahu kalau saya sedang galau. Saya tak pernah sekali pun curhat tentang masalah kehidupan padanya. Tapi seperti ada pemantiknya, langsung terhubung.

Pada saat dia mengirim chat dan e-book itu, saya sedang membaca buku fisiknya Rahasia Magnet Rezeki yang sudah saya beli tahun lalu, dan baru berkeinginan membacanya sekarang.

Meski demikian, saya tetap takjub dan terheran-heran, apakah ini yang namanya keajaiban seperti yang Ustadz Nasrulloh paparkan dalam buku ini? Dan saya langsung mengiyakan pertanyaan dalam hati itu.

Dua insan, berbeda pulau, yang tak pernah chat masalah kehidupan, sama-sama terhubung dengan satu buku Rahasia Magnet Rezeki.

Saya tidak tahu, karena tidak menanyakan, apa alasan dia mengirim e-book tersebut. Yang jelas ini semakin membuat saya yakin akan keajaiban Allah itu memang ada.

Sungguh, jika bukan Allah yang menggerakkan hatinya, siapa yang bisa? Karena sesungguhnya, Allah pemilik hati para makhluk-Nya.

Ada tulisan yang sangat menarik perhatian saya dalam buku ini, yaitu, Paradox of Candy.

Dalam buku ini, Ustad Nasrulloh menjelaskan, bahwa Allah mengirim rezeki sepaket dengan bungkusnya. Apa bungkusnya? Ialah ujian, masalah, kesulitan sesuatu yang tidak kita sukai. Jika kita menolak ujian atau  masalah, dengan mengeluh dan merasa itu suatu beban, maka, sama artinya kita menolak rezeki itu sendiri.

Astaghfirullohal 'Adhziim.

Inilah yang sering menjadi keresahan hati. Merasa jauh dari nikmat, banyak doa yang tidak dikabulkan, tapi masalah datang silih berganti. Ternyata, ini yang membuat rezeki itu seolah enggan memghampiri, karena saya memang selalu menolak bungkusnya.

Terima kasih banyak Neng Djo, semoga Allah senantiasa memberkahimu dan keluarga. Aamiiin.

Bekasi, 01 Juni 2019