Sabtu, 02 Desember 2017

Jilbab: Antara Kewajiban dan Fashion

Sebagai seorang muslimah, kita diwajibkan mencari tahu apa saja hal-hal yang wajib dikerjakan dan hal-hal yang wajib ditinggalkan.

Salah satu yang menjadi kewajiban bagi seorang muslimah adalah mengenakan jilbab. Namun, masih banyak yang menganggap mengenakan jilbab hanya masalah budaya dan hati.

Bukan sekedar budaya

Haloo, ini bukan sekedar budaya! Ini perintah Allah langsung dalam Alqur'an, seperti halnya sholat. Cobalah buka surat An-Nuur (24) ayat 31.

Dan di surat lainnya Allah Subhanallahu Wa Ta'ala  berfirman:

يٰٓأَيُّهَا النَّبِىُّ قُل لِّأَزْوٰجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَآءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلٰبِيبِهِنَّ  ۚ  ذٰلِكَ أَدْنٰىٓ أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ  ۗ  وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَّحِيمًا

"Wahai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang mukmin, Hendaklah mereka menutupkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk dikenali, sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang."
(QS. Al-Ahzab 33: Ayat 59).

Kalo kita bisa nerima perintah sholat tanpa membantah, kenapa harus banyak pertimbangan ketika harus berjilbab? 

Seharusnya-lah, sebagai mukmin kita menjalankan semua perintah Allah dan Rosul-Nya tanpa ada pilihan lain. Ini seperti yang telah Allah tegaskan dalam surat Al-Ahzab (33) ayat 36 :

Allah SWT berfirman:

وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ ۥ ٓ أَمْرًا أَنْ يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ  ۗ  وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ ۥ  فَقَدْ ضَلَّ ضَلٰلًا مُّبِينًا

"Dan tidaklah pantas bagi laki-laki yang mukmin dan perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada pilihan (yang lain) bagi mereka tentang urusan mereka. Dan barang siapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, maka sungguh, dia telah tersesat, dengan kesesatan yang nyata."
(QS. Al-Ahzab 33: Ayat 36).

Bukan juga masalah hati

Saya pernah mendengar alasan seorang teman yang belum berjilbab, "Yang penting, hatinya dulu yang dijilbabin, Mbak," katanya.

Perintah memakai jilbab untuk menutupi fisik kita, sedangkan hati sudah tertutupi oleh lapisan daging, tulang dan kulit.

Jika maksudnya hati adalah perilaku, maka itupun bukan alasan. Wanita yang sudah memakai jilbab bukan wanita yang sempurna, ia masih memiliki kelebihan dan kekurangan. Dengan menggunakan jilbab, ia akan berusaha meminimalisir perilaku negatifnya. Jadi salah persepsi, jika kita mewajibkan diri memperbaiki perilaku dulu baru berjilbab. 

Takut nggak modis? Ini alasan yang lebih dibuat-buat. Kita tidak sedang berada di era tahun 1980-an, di mana jilbab masih asing dan bahkan terlarang di sekolah dan instansi-instansi tertentu. Kita sudah berada di zaman milenial, semua sarana dan fasilitas sangat mendukung eksistensi jilbab.

Banyak desainer khususnya dalam negeri yang intens dalam meluncurkan produk bagi muslimah. Berbagai model dan bahan untuk jilbab, pakaian dan aksesorisnya terus diproduksi baik secara massal maupun limited edition. Semua untuk memanjakan muslimah.
Walaupun mode terus berkembang, ada beberapa syarat yang harus diperhatikan dalam memilih pakaian dan jilbab, yaitu:

1. Jilbab menutupi dada.

Sebagaimana yang termaktub dalam Al-Qur'an surat An-Nuur ayat 31: 

Allah SWT berfirman:

وَقُل لِّلْمُؤْمِنٰتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصٰرِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا  ۖ  وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلٰى جُيُوبِهِنَّ  ۖ  وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا لِبُعُولَتِهِنَّ أَوْ ءَابَآئِهِنَّ أَوْ ءَابَآءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ أَبْنَآئِهِنَّ أَوْ أَبْنَآءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ إِخْوٰنِهِنَّ أَوْ بَنِىٓ إِخْوٰنِهِنَّ أَوْ بَنِىٓ أَخَوٰتِهِنَّ أَوْ نِسَآئِهِنَّ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمٰنُهُنَّ أَوِ التّٰبِعِينَ غَيْرِ أُولِى الْإِرْبَةِ مِنَ الرِّجَالِ أَوِ الطِّفْلِ الَّذِينَ لَمْ يَظْهَرُوا عَلٰى عَوْرٰتِ النِّسَآءِ  ۖ  وَلَا يَضْرِبْنَ بِأَرْجُلِهِنَّ لِيُعْلَمَ مَا يُخْفِينَ مِنْ زِينَتِهِنَّ  ۚ  وَتُوبُوٓا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَ الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

"Dan katakanlah kepada para perempuan yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali yang (biasa) terlihat. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau para perempuan (sesama Islam) mereka, atau hamba sahaya yang mereka miliki, atau para pelayan laki-laki (tua) yang tidak mempunyai keinginan (terhadap perempuan), atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat perempuan. Dan janganlah mereka mengentakkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertobatlah kamu semua kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, agar kamu beruntung."

2. Tidak tembus pandang.

Hal ini seperti disampaikan oleh Baginda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasalam kepada Asma binti Abu Bakar:

“ Bahwa Asma binti Abi Bakar masuk ke rumah Rasul dengan mengenakan pakaian yang tipis, maka Rasulullah berkata : “Wahai Asma, sesungguhnya wanita yang telah haid ( baligh) tidak diperkenankan untuk dilihat daripadanya kecuali ini dan ini, dengan mengisyaratkan wajah dan tepak tangan.” (HR abu Daud).

3. Tidak membentuk lekuk tubuh.

Adapun Fatimah putri Rasulullah pernah berkata kepada Asma : “Wahai Asma! Sesungguhnya Aku Memandang buruk apa yang dilakukan oleh kaum wanita yang menggenakan baju yang dapat meggambarkan bentuk tubuhnya” (Diriwayatkan oleh Abu Nu’aim).

So, nggak ada alasan lagi ya Sobat, untuk tidak berjilbab. Yuk ah, berjilbab sendiri sebelum dijilbabin.
Mari bersama menjemput ridho-Nya.