Minggu, 05 September 2021

 Mimpi Nia







"Mak, wangi banget ikannya." Tangan kanan Nia, erat menggenggam daster Emak. Tangan kirinya sibuk mengelus perut, sementara wajahnya ditengadahkan ke arah wajan yang masih mengepul dan menguarkan aroma sedap, hidungnya kembang kempis untuk menajamkan penciuman.

Sementara Emak, mengusap kepala anak gadisnya yang baru berusia 8 tahun dengan tangan kiri, dan tangan kanannya digunakan membalik ikan asin,"sabar ya, sebentar lagi mateng."

Di samping kanan Emak, Rani yang sudah berusia 10 tahun, telah siap dengan satu piring besar nasi putih.

Saat Emak mengentaskan ikan asin ke piring kosong, Rani langsung menyodorkan nasi putih  yang sedari tadi ia pegang. 

Dengan senyum, Emak langsung mengaduk nasi putih dengan minyak bekas goreng ikan asin. Dua kesayangannya telah sigap menyiapkan piring di lantai. Mereka biasa makan melantai, karena tidak memiliki meja makan.

"Yeay, nasi gorengnya dah jadi!"  Selalu, Nia menjadi yang pertama teriak kegirangan saat emak menyajikan nasi goreng "Ikan Asin", tanpa ada penampakkan ikannya sama sekali, karena memang hanya diaduk menggunakan minyak jelantah bekas goreng ikan asin. 

Nasi goreng ikan asin, sering menjadi menu sarapan andalan keluarga Nia. Sedangkan ikannya akan digunakan untuk makan malam bersama bapak.

Setelah pulang sekolah, Nia dan Rani akan duduk bersama di hadapan Emak untuk makan bersama. Acara yang paling dinanti oleh kakak  beradik itu. 

Di piring, Emak telah mencampur nasi dengan sisik ikan asin. Satu persatu anak gadisnya membuka mulut bergantian, menunggu giliran disuapkan. Sesekali, Nia akan bercerita tentang  keseruan di sekolah, atau sekedar menceritakan temannya yang jajan banyak, sementara dia hanya bisa memandanginya. Dan Rani, sering menjadi pendengar atau pembenar dari cerita adiknya.

Ikan asin Emak akan habis saat makan malam bersama keluarga, lengkap dengan Bapak, selepas isya. 

Untuk Bapak, Emak menyiapkan satu ekor ikan asin utuh dan sepiring nasi putih hangat. Untuk Nia dan Rani, Emak mencampur satu ekor ikan asin dengan sepiring nasi putih hangat, lalu dibentuk kepalan-kepalan kecil. Nia dan Rani akan segera berlomba menyantap kepalan nasi ikan asin. Sesekali mereka akan bergantian menyuapi Emak dan akan tertawa geli, saat Emak sengaja menggigit lembut jemari Nia atau Rani. 

Malam hari Nia akan ditutup dengan pertanyaan, "Mak besok kita akan makan pake apa?"

Pertanyaan Nia, mengundang jitakan dari Rani, "Kamu tuh, yang dipikirin makanan melulu!"

Nia tak pernah kapok bertanya, meski akan mendapat jitakan, karena belaian Emak akan menyembuhkan dan doa yang dirapalkan akan mampu membuat Nia bermimpi, suatu hari akan makan ayam goreng. 


Tamat.

Jumat, 07 Mei 2021

Belenggu Tirani

 


Indonesia sedang tidak baik-baik saja. Itulah yang kurasakan akhir-akhir ini. 

Sejak pilpres 2014 lalu, keadaan semakin memanas. Meski kubu yang berseteru sudah menjadi satu gerbong, tetapi ricuh dan berbagai drama masih kerap terjadi. Peraturan yang dibuat pemerintah pun, semakin aneh dan meresahkan. 

Membuat peraturan A untuk rakyat, tapi tak berlaku bagi para pesohor negeri. Peraturan B wajib bagi jelata dan dikenakan sanksi jika melanggar, tapi tidak untuk tuan berpunya. Peraturan C ditegakkan bagi anak bangsa agar musibah berkurang, tapi tamu agung bebas melenggang. Belenggu untuk pertiwi, kebebasan bagi WNA.

Belum lagi drama politik yang bisa bikin otak dan perut tergelitik. Nyatanya memang; peraturan bisa dipesan, vonis bisa diorder.

Ah, pantas saja musibah silih berganti melingkari negeri.

🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃

BELENGGU TIRANI

Nia Kurniawati


Belum tunai janji dahulu

Engkau membuat janji baru

Lalu seenaknya melupa, halu

Entah apa kata dunia

Niat perbaikan diucap selalu 

Gegap gempita disiar se Nusantara

Gunakan segala kuasa

Untuk apa?


Tidak terbukti semua janji

Ialah bukti khianati kami

Racun kau bungkus madu

Agar rakyat tertipu (?)

No! Kami bukan si Pandir

Isyarat kami satu, Bilang jika sudah tak mampu urus Negeri!


Bekasi, 07052021

Senin, 22 Februari 2021

Ilusi

 Jika sama memberi luka

Buat apa bersama?

Sebaiknya usai saja!

Jika cinta hanya kamuflase

Buat apa terus berpura-pura?

Jika mimpi tak lagi sama

Dan jarak terus membentang

Bukankah lebih baik sendiri?

Jika status begitu penting

Kenapa tidak perbaiki diri?


Ah, dengan nurani pun kau masih bisa berdusta.


Anonym

KolongLangit, 2302021

Minggu, 07 Februari 2021

Kata Mereka Tentang Cara Melatih Kemandirian pada Anak



Memiliki anak yang berkarakter kuat, adalah dambaan setiap orang tua. Mandiri dan tanggung jawab adalah karakter utama yang harus dididik sejak dini. Karena ini adalah salah satu kunci kesuksesan. 

Sebelum melatih anak untuk bersikap mandiri, ada beberapa hal yang harus dimiliki oleh setiap orang tua dan guru, agar tujuan pendidikan dapat tercapai.

Bekal yang Wajib dimiliki Orang Tua dan Guru

1. Sepakat
Kedua orang tua juga guru, wajib memiliki sikap dan cara yang sama dalam melatih dan mendidik kemandirian anak. Jangan sampai dua persepsi yang membuat anak bingung bersikap. 
Contoh: Jika Bunda selalu menerapkan agar ananda senantiasa merapikan mainan nya sendiri, maka Ayah pun harus bersikap sama. Jangan sampai, perbedaan perlakuan, justru menjadi alasan bagi anak untuk tidak menaati Ayah atau Bunda.

2. Sabar
Dalam melatih kemandirian untuk anak, hendaknya kita harus bisa bersabar atas proses yang sedang dilakukan ananda. 

Perkembangan dan kemampuan motorik ananda masih sangat terbatas, tentu berbeda dengan remaja apalagi orang dewasa. Jadi, wajar jika dalam mengerjakan sesuatu, ananda memerlukan waktu yang lebih lama dari orang dewasa. Oleh sebab itu, orang tua dan guru dituntut untuk bersabar dalam prosesnya.

3. Harus tega dan berikan bantuan seminimal mungkin
Adakalanya, ananda akan menemui kesulitan dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Namun, jangan sampai hal ini membuat kita memberikan bantuan apalagi sampai mengambil alih tugas yang sedang dikerjakan.

Ayah Bunda harus tega, biarkan ananda melewati kesulitan itu dan memecahkan masalahnya sendiri. Jika memang harus memberikan bantuan, berikan sedikit bantuan yang sifatnya untuk menyemangati saja. 

4. Kantung cinta
Bekal yang harus dimiliki selanjutnya adalah kantung cinta. Cinta akan membuat kita mudah mengapresiasi setiap pencapaian ananda. Cinta akan menguatkan kita untuk selalu peduli tentang tumbuh kembangnya.

5. Teladan
Pilar dan bekal yang utama dalam mendidik anak adalah teladan. Tanpa teladan, anak sulit untuk mengaplikasikan setiap tunjuk dan ajar kita. 

6. Keimanan
Landasan dari semua point di atas adalah keimanan. Dengan bingkai iman, baik anak maupun orang tua dan guru akan selalu berada dalam rel kebenaran.

Setelah semua bekal tersedia, kini waktunya menerapkan latihan untuk kemandirian anak. Melatih kemandirian dan tanggung jawab pada anak tidak bisa instan. Perlu proses dan tahapan yang tepat, seperti halnya menaiki anak tangga, harus dimulai dari yang terendah.

Lalu, bagaimana melatihnya?

Nah, beberapa minggu lalu, saya sudah melakukan riset kecil-kecilan dengan menanyakan pada teman FB tentang pentingnya melatih kemandirian dan cara melatihnya. 

Ini kata mereka tentang cara melatih kemandirian pada anak

1. Amrina Rosyada, Ibu dari 3 orang anak

Dengan memberikan tes melalui kegiatan sehari-hari yang memang memerlukan kesabaran. Sembari menunggu anak tetap dikasih pengertian bahwa setiap kesabaran akan berbuah manis. *aseek 😀

Dan tak ketinggalan, anak juga dikasih cerita-cerita yang bisa meningkatkan pemahamannya mengenai arti sabar. Salah satunya dari buku Halo Balita. 😍

2. Sri Rachyati, Ibu dari 2 orang anak

Kalau pengalaman saya dulu, dari mereka umur 1,5 tahun anak dibiasakan untuk mengatasi kebutuhannya sendiri. 

Contohnya makan; kalau makan saya biasakan dari usia 9 bulan setiap waktunya makan didudukkan di kursinya, makan sendiri pilih makanan yang mudah untuk diambil dan dicerna seperti buah-buahan nasi yang sudah dikepal kecil-kecil, lauk yang seukuran kecil-kecil mudah ditusuk pakai garpu atau sendok. Makan di meja makan sampai selesai dan wajib memberekan bekas makannya ke tempat cucian piring.

Lalu, ke toilet sendiri dan cara bersih-bersihnya, mandi dan cara bersih-bersihnya. 

Cara pakai baju, menyiapkan baju sendiri sebelum Mandi. 

Dan satu lagi saya juga minta bantuan untuk membereskan pakaian yang sudah dilipat untuk ditata di lemari mereka masing-masing, sehingga mereka kalau mau pakai baju tau simpan dimana. 

Yaah, pastinya gak mudah dan butuh proses, tahap demi tahap. Mula-mula kita kerjakan sama-sama sambil bermain. Harus sabar juga kadang mood anak kan berubah-ubah juga. Kira-kira pengalaman saya dulu seperti itu bu guru. Semoga bermanfaat. 😍😍😀🙏

3. Fransisca Yuni Lestari Anggraheni, Ibu dari 4 orang anak

Klau saya simple, Bu.
Melakukan banyak hal bersama-sama.
Melibatkan anak di keseharian kita, meski kadang pake acara drama. 🤭

4. Heni Silfiah

Kemandirian anak perlu dilatih sejak dini, karena sangat penting untuk dirinya agar tidak bergantung kepada orang sekitar dan orang tua.

Mulai dengan memberikan arahan kepada anak jika anak melakukan kesulitan, tidak langsung mengambil alih kesulitannya.

Mulai percaya kepada anak.
Yaa percaya saat si anak mulai antusias pada pekerjaan rumah, sebagai orang tua kita kasih kesempatan kepada anak untuk ikut andil mengerjakan pekerjaan rumah. 

Beri anak tanggung jawab.
Misalnya membereskan mainan setelah main, membantu pekerjaan rumah yang ringan-ringan.

Apresiasi jika anak berhasil mengerjakan sesuatu kita sebagai orang tua seharusnya mengapresiasi bisa dengan pujian atau hadiah.

Karena kita gak selamanya melayani anak dan anak gak selamanya ada di sisi kita
Jika tidak kita mulai saat ini mereka akan susah untuk terbiasa dan nanti orang tua juga yang susah.

Dari pendapat para pakar yang telah teruji pengalamannya, beberapa tahapan dan cara melatih kemandirian dapat disimpulkan sebagai berikut:

Cara melatih kemandirian pada anak usia dini

1. Dimulai dari hal kecil
Motorik dan kemampuan anak usia dini, masih sangat terbatas. Oleh karena itu, hendaknya orang tua dan guru memberikan tugas yang mudah bagi anak, seperti
  • Menyimpan bekas makan dan minumnya sendiri di tempat cucian piring.
  • Menyimpan baju kotor bekas pakainya ke tempat penyimpanan baju kotor.
  • Mengelap minumannya sendiri jika ada yang tumpah
  • dll
2. Dimulai dari diri sendiri
Melatih kemandirian dimulai dari semua hal yang berkaitan dengan diri sendiri, secara bertahap, seperti:
  • Makan 
  • Pakai baju
  • Pakai kerudung
  • Pakai kaos kaki
  • Pakai sepatu
  • Mandi
  • Merapikan mainan
3. Membantu tugas anggota keluarga lainnya
Setelah melatih kemandirian yang berkaitan dengan diri sendiri, Bunda bisa meminta ananda untuk membantu tugas anggota keluarga yang lain. Tentu masih dalam taraf yang mudah dan bisa dilakukan si kecil sesuai dengan kemampuan motoriknya.

Adapun tugas yang bisa diberikan pada ananda antara lain:
  • Menyiram tanaman
  • Menyimpan pakaian bekas pakai sendiri ke tempat pakaian kotor
  • Membuang sampah
  • Membersihkan atau mengelap perabotan rumah tangga
  • Mengangkat jemuran
  • Dll
4. Membacakan buku
Buku adalah teman terbaik anak untuk belajar segala hal. Dengan buku, anak lebih mudah menyerap pesan yang kita inginkan.


Di masa pandemi seperti ini, saat belajar difokuskan di rumah, orang tua dan guru dapat mengoptimalkan latihan kemandirian ini sebagai salah satu asessement pembelajaran.

Semoga anak kita menjadi anak yang memiliki akhlak mulia. Tetap semangat dan terus menginspirasi para Ayah Bunda hebat.


Tulisan ini diikutsertakan dalam 30 Days Writing Challenge Sahabat Hosting 



Sabtu, 06 Februari 2021

Gabus Pucung, Si Hitam dari Betawi



Meski telah lama menetap di Bekasi; sejak tahun 1983, jadi kurang lebih 38 tahun, namun, baru 11 tahun ini mengenal dan mencicipi sayur gabus Pucung yang melegenda.

Di tahun itu, di Kampung Cerewed, Bekasi Timur, wabil khusus wilayah RT/RW 001/016 baru sedikit jumlah keluarga perantau. Saya tidak tahu persis jumlahnya, tapi yang pasti baru kurang dari 10 kepala keluarga. Salah satu perantau itu adalah keluarga saya.  Jadi, sejak kecil sudah akrab dengan tradisi nyorog, tradisi khas Betawi; menghantarkan makanan dari orang yang lebih muda ke orang yang lebih tua atau dituakan.

Meski bukan asli penduduk setempat, tapi, setiap munggahan dan menjelang hari Raya Idul Fitri kami menerima hantaran dari para tetangga. Jadilah, kami pun ikut saling menghantar makanan. 

Nah, salah satu menu yang tersaji itu adalah Sayur Gabus Pucung. Karena warnanya yang hitam pekat dan aroma pucung atau kluwek yang khas, Saya kecil tidak berminat untuk mencicipi.

Kisah Awal Menyukai Gabus Pucung

Setelah menikah dan tinggal di daerah yang berbatasan dengan kampung Gabus, saya sering menjumpai makanan dengan kuah hitam ini.

Saya tipe orang yang malas masak, karena seringnya di rumah sendirian. Jadi, untuk urusan makan, lebih simple beli. Setiap pulang mengajar, meski tidak setiap hari, saya sempatkan beli lauk di warteg masakan betawi yang biasa saya lalui. Nah, di warteg ini selalu menyediakan menu sayur gabus pucung.

Awalnya, saya tidak tertarik untuk membeli, tapi karena sering melihat orang makan, jadi kabita. Akhirnya untuk kali pertamanya, saya membeli sayur gabus pucung. Dan ternyata, setelah dicicipi, saya suka saya suka saya suka. 😅

Warisan Budaya 

Jika dahulu, sayur gabus pucung ini masuk dalam kategori masakan rumahan, karena masih banyak yang memasak untuk menu sehari-hari. Tetapi sekarang, sayur ini menjadi masakan langka yang punya nilai ekonomis cukup tinggi.

Hal ini disebabkan habitat dari Ikan Gabus yang makin tergusur karena pembangunan. Rawa-rawa yang dulu mendominasi Bekasi, kini berubah menjadi hamparan perumahan. 

Gabus yang diolah adalah gabus liar yang hidup di sungai atau rawa-rawa, bukan hasil peternakan.

Oleh karena itu, ikan gabus kini menjadi  komoditas yang bernilai ekonomis. Dan itu mempengaruhi harga jual sayur gabung Pucung yang berbahan dasar ikan gabus. 

Mungkin, tak banyak yang tahu jika ternyata kini sayur gabus pucung telah menjadi Warisan Budaya Tak Benda Indonesia sejak tahun 2014.

Sajian berkhasiat

Kuah hitam yang dihasilkan dari buah Pucung atau kluwek ini memberi warna dan cita rasa khas yang lezat. Apalagi ditambah taburan cabe rawit, makin mantap rasanya.

Ikan gabus memiliki kandungan zat albumin yang tinggi. Oleh karenanya, banyak dicari dan dimanfaatkan sebagai obat, terutama untuk mempercepat pemulihan luka akibat operasi. Bahkan kini, dunia farmasi pun sudah banyak yang mengekstraknya menjadi kapsul dan telah diperjualbelikan secara bebas di berbagai apotek.

So, buat manteman yang ingin nyobain sensasi lezat nan gurih dari Warisan Budaya Tak Benda Indonesia, sayur gabus pucung, boleh lah main-main ke Bekasi. Atau mau seseruan mancing ikan gabus? Main aja ke rumahku. 

Oh, iya, daerah dekat tempat tinggal saya namanya Kampung Gabus, ikonnya juga Patung Ikan Gabus, di sini penghasil dan pemasok utama ikan gabus untuk beberapa rumah makan besar di Jakarta. 

Dan, maaf yaa ... Saya nggak ngasih resep masakan ny. Karena keahlian saya cuma makan. 😁

See u 😘


Tulisan ini diikutsertakan dalam 30 Days Writing Challenge Sahabat Hosting

Kamis, 28 Januari 2021

7 Cara Gue Mengelola Emosi, Ada yang Sama?



Hidup ini bagai pasang surut, bahagia dan sedih,  silih berganti. Meski kita selalu mengharap bahagia yang senantiasa menghiasai hari-hari di dunia, tapi itu mustahil. Ada kalanya Allah beri kita sedih sebagai penyeimbang dan marah sebagai bumbu. 

Emosi memiliki banyak wajah.   Bahagia, takjub, kecewa, sedih, jijik, marah, dan kesal. Semua perlu penanganan yang tepat, terutama untuk emosi marah, sedih, dan kecewa. Jika lambat dan hanya ditumpuk-tumpuk saja, lambat laun akan mempengaruhi kesehatan mental seseorang.

Bahagia dengan segala ekspresinya, biasanya lebih mudah diluapkan. Setiap orang bersedia menerima luapannya.  

Sebaliknya, sedih, marah, dan kecewa, banyak yang kesulitan melupakannya atau terlalu berlebihan. Dan, tidak semua orang mau menerima luahannya. 

Emosi negatif bisa diibaratkan sebagai sampah emosi. Siapa sih yang mau menerima sampah, meski diberikan secara gratis? Tidak ada!

Nah, oleh karena itu kita harus membuang sampah pada tempatnya dengan tepat.

Ini yang biasanya aku lakukan jika sedang merasa sedih atau marah karena kecewa dengan pasangan atau rekan kerja:

1. Main hujan-hujanan

Hujan buatku adalah anugerah. Setiap kali mendung mengundang triliyunan rintik untuk membasahi bumi, saat itu adalah saat paling membahagiakan. Menghamburkan dalam hujan atau sengaja kehujanan di jalan, adalah caraku menyembunyikan tangis. 

Dalam pekat bersama rinai-Nya, air mataku melebur.

Dalam gemuruh, aku bisa berkali-kali bicara keras mengeluarkan semua uneg-uneg, kekesalan, dan kekecewaan, serta harapanku. 

Dan saat hujan reda, reda pula marah dan sedihku. Baranya padam dan luruh seiring banyu yang mengalir.

2. Makan makanan pedas

Ini kulakukan jika sedang ridak hujan.

Ketika kita makan makanan yang pedas biasanya air mata ikut keluar kan? Dan tak jarang juga suara "hu-ha" ekspresi dari kepedasan, muncul. Nah, momen ini aku gunakan untuk menguras air mata yang membendung di pelupuk, dan "hu-ha"nya meluapkan rasa yang menghimpit dada. Dengan begini, orang lain tidak akan curiga dan banyak tanya tentang air mata yang membanjiri pipi.

3. Nonton film sedih atau lucu

Setua ini, baru satu kali nonton ke bioskop, itu pun karena diajak kakak menemaninya nonton bareng temen, waktu masih kecil. 😁

Rekomendasinya, yutub. Karena nggak punya aplikasi nonton film lainnya. Nggak punya TV juga. Di yutub sengaja nyari film yang bernuansa sedih. Aku termasuk orang yang gampangan nangis kalo nonton film sedih, jadi itu aku manfaatkan untuk mengeluarkan semua beban di mata dan hati. 

Untuk film yang lucu dan konyol, aku bisa menyembunyikan tangis dalam tawa. Memukul atau menghentakkan kaki untuk adegan yang konyol, seraya mengeluarkan semua energi negatif dalam tubuh.

Selesai nangis dan ketawa lepas, biasanya mood kembali menghijau, dan siap berjuang lagi di kerasnya dunia.

4. Nangis sampai ketiduran

Ini yang paling awal dilakukan, sebelum 3 hal di atas. Nangis sambil memeluk bantal dan membiarkan lelehan hangat itu membasahinya.  Dan lelah yang tercipta akan memanggil kantuk yang memejamkan mata dan membuai mimpi. Bangun tidur biasanya perasaan agak lebih plong.

5. Menulis

Dulu punya diary, sekarang udah tua diarynya sudah dibuang. Biasanya kalo lagi sedih, marah, atau kecewa, langsung aku tulis di sembarang kertas, lalu remas-remas, robek-robek, dan buang lempar dengan sekuat tenaga, sambil setengah teriak "huh". Belum pernah berani teriak beneran. Tapi, itu udah cukup mewakili. 

Selain menulis di kertas, biasanya juga aku menulis di status WA atau beranda FB, tentu dengan bahasa yang disamarkan. Biasanya dalam bentuk puisi. Kalo di kertas, aku bebas bisa menulis semau, dan lugasnya, bahkan bisa maki-maki juga. 

6. Naik motor tanpa tujuan

Ini jarang, tapi pernah aku lakukan beberapa kali. Karena aku tipe penakut kalo pergi kemana-mana belum izin suami. Tapi pernah kulakukan saat enggan pulang ke rumah. Dari tempat kerja sengaja pulang lebih awal, pulang tidak melewati jalur biasanya, ambil rute terjauh. Bisa 10x lipat, karena muterin Bekasi dulu, sampe bokong panas. 

Dalam perjalanan biasanya akan ingat hal-hal yang membuat sedih dan marah, dan bisa dipastikan tangis pecah sendiri. Don't worry, pake helm n pake masker, jadi nggak akan ada yang tau kita nangis. Nggak akan kedengaran juga.😊

7. Wudhu, sholat, baca Al Qur'an, dan istighfar

Biasanya kalo terlalu sedih dan marah, serta berlarut-larut sampai beberapa hari, cara terampuh adalah dengan sholat, baca Al Qur'an, dan istighfar. Air mata akan keluar dengan sendirinya, hati menjadi lebih tenang dan damai. Ngomong langsung sama Pemilik Kehidupan, semua beban langsung hilang.

8. Curhat ke teman

Ini sekarang jarang kulakukan. Jika tidak terdesak dan terpancing, sangat jarang aku mencurahkan isi hati ke orang lain, sekali pun itu saudara sendiri. Karena aku merasa, mereka sudah cukup punya beban hidup sendiri tak perlu ditambah. Curhat ke teman, ini bukan cara "gue" melampiaskan emosi. Tapi, berbagai artikel merekomendasikannya. Jadi teman-teman patut coba, yaa ....

So, karena yang ke-8 bukan cara aku, jadi judulnya tetap pake 7 cara gue mengelola emosi, ya. 😉

Itu caraku dalam mengelola emosi negatif, bagaimana kalo teman-teman?

🐱🐱🐱🐱🐱🐱🐱🐱🐱🐱🐱🐱

# Tulisan ini diikutsertakan dalam 30 Days Writing Challenge Sahabat Hosting 

Senin, 25 Januari 2021

Ayah Bunda, Yuuk, Latih Ananda supaya Cerdas Bersosial Media

Dewasa ini, anak dan gadget sulit untuk dipisahkan. Seolah, mereka terlahir dengan hal itu, sehingga banyak kasus, anak-anak lebih mahir mengoperasikan gadget dibandingkan orang tuanya.

Teknologi gadget yang dipegang ananda terbilang canggih, bisa memuat banyak fitur. Apalagi didukung dengan semakin mudahnya mengakses internet, anak-anak pun semakin dini bersosial media.

Melarang, tentu bukan hal yang bijak, karena ananda bisa mendapatkannya dari tempat lain tanpa sepengetahuan Ayah dan Bunda, tentu hal ini akan lebih membahayakan.

Emosional, daya nalar, dan daya pikir yang belum matang, menjadi faktor kuat pembatasan dan pelarangan anak-anak untuk bersosial media. Dengan masih lemahnya kompetensi tersebut, anak-anak cenderung akan menjadi korban bullying, pelecehan seksual, penculikan, pemerasan, atau bahkan menjadi pelaku.

Namun. dengan sistem pembelajaran yang masih mengharuskan ananda untuk belajar dari rumah, mau tidak mau, suka tidak suka, menuntut anak untuk 'nyemplung' ke sosial media.

Tentu Ayah Bunda tidak ingin anandanya mengalami hal menakutkan seperti tersebut di atas, bukan? Sebaiknya Ayah Bunda perlu melakukan hal ini:

Pahami media sosial yang digunakan ananda

Ayah Bunda harus lebih dahulu tahu tentang media sosial apa yang digunakan ananda nya. Tahu aplikasi dan paham cara mengoperasikannya, agar bisa mendampingi ananda saat beraktivitas, bisa mengcounter hal-hal yang akan membahayakan. Banyaknya ragam aplikasi media sosial media, mengharuskan kita memahami banyak hal, demi keselamatan buah hati 

Dampingi ananda saat sedang bersosial media

Ini perlu dilakukan. Jika ananda menemui kesulitan atau ada sesuatu yang tidak pantas untuk dikonsumsi, Ayah Bunda bisa langsung membantu dan mencegahnya. 

Meminta ananda untuk tidak mengunci akunnya dan mengetahui password media sosialnya

Berselancar di dunia maya, seolah sedang menjelajahi hutan perawan. Kita tidak tahu, bahaya apa yang sedang mengintai. Agar ananda terhindar dari berbagai macam kejahatan yang ditimbulkan dari media sosial, edukasi dan minta ananda untuk berbagi informasi tentang password-nya. Hal ini memudahkan Ayah Bunda untuk memantau aktivitasnya.

Pantau aktivitas sosial media ananda

Ini penting dilakukan. Kejahatan punya banyak topeng, karenanya perlu dilakukan pemantauan agar ananda terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan.

Batasi waktu aktivitas bersosial media

Agar tidak mengganggu waktu dan hal penting untuk tumbuh kembangnya, seperti; ibadah, belajar, makan dan minum,  olahraga, atau istirahatnya, sebaiknya batasi waktu penggunaan media sosial. Hal ini juga bertujuan agar ananda lebih bertanggung jawab atas hal-hal yang dilakukannya.

Edukasi ananda tentang sisi positif dan negatif dari sosial media

Media sosial seperti koin, ia memiliki dua mata sisi. Bisa menguntungkan pun sebaliknya bisa membahayakan. Bisa memberi efek positif, tapi juga banyak unsur negatifnya. Mengedukasi tentang dampak positif dan negatif dari media sosial, sangat penting agar nanda memiliki sikap awarenes, bijak, dan cerdas dalam bersosial media. Tidak mudah terprofokasi, bisa mendeteksi hal-hal yang sekiranya akan membahayakan diri.

Gunakan pengaturan private

Hal ini penting dilakukan agar informasi pribadi ananda tidak tersebar di publik dan  terhindar dari bullying, pelecehan, penculikan, dan ancaman dari predator anak yang banyak berkeliaran di media sosial dan menggunakan berbagai macam kedok.

Yang utama dari semuanya adalah, mendoakan ananda dalam perlindungan Allah. Karena kinerja mata, telinga, dan tangan kita sangat terbatas. Tidak mungkin bisa mengawasi mereka 24 jam penuh.

Ayah Bunda mungkin punya saran dan tips lainnya seputar anak dan sosial media, yuuk sharing di sini.

..........,....,..........
# Tulisan ini diikutsertakan dalam 30 Days Writing Challenge Sahabat Hosting 

Wisata Bersama Keluarga ke Taman Bunga Nusantara

 

Foto: lovelybogor.com

Taman Bunga Nusantara. Dari namanya, dapat dipastikan tempat wisata yang satu ini menyajikan spot foto yang menarik dan tempat romantis untuk berduaan dengan pasangan. Bagi yang jomblo? Tenang, cukup puaskan diri dengan pemandangan indah yang terhampar, siapa tahu ada bule Arab yang terpincut, hehe.

Taman yang konon sangat luas ini menyediakan bermacam keindahan yang dibagi menjadi beberapa area. Pastinya semua berisi bunga dan tanaman hias. Berikut di antaranya;

 

Gerbang Masuk dan Area Parkir

Saaf memasuki gerbang terluar, kita bisa melihat patung angsa hitam menghiasi area parkir yang luas dan bersih. Di sini biasanya para pedagang asongan menjajakan kopi atau mie cup. Ada juga toko oleh-oleh yang bisa dikunjungi tanpa membayar biaya masuk taman.

 

Air Mancur dan Tempat Makan

Begitu masuk gerbang, hal pertama yang kita lihat jika menoleh ke samping adalah air mancur yang kolamnya dilapisi keramik hitam dan pinggirannya dihiasi bunga bermacam jenis. Tidak ada salahnya mengabadikan satu foto di sana.

Sambil menuruni tangga pendek, di sisi berlawanan dari air mancur ada tempat makan yang papan namanya diselipi tulisan berbahasa Arab dengan sajian menu khas Timur Tengah. Iya, memang banyak warga Arab di daerah sana. Jangan kaget, ya?

 

Topiary

Seni menghias tanaman yang menarik untuk dilihat. Ada merak raksasa yang terbentuk dari beragam flora dengan ekor membentang indah, juga patung jerapah dan dinosaurus yang menjulang dan menjadi daya tarik bagi buah hati.

Di salah satu sisi, terdapat Jam Taman dengan dua jarum raksasanya dan display karpet indah beragam warna.

 

Taman Air

Seperti namanya, area ini menyajikan bermacam tumbuhan air di kolam yang cukup luas. Salah satunya Kana Air yang memiliki daun berwarna ungu, juga Teratai Raksasa serupa nampan yang mengapung bebas dan pastinya jarang ditemui di perkotaan.

Tentunya kita tidak diizinkan berenang di Taman Air ini, bukan hanya berpotensi merusak ekosistem, tetapi juga karena tempat itu bukan Waterboom.

 

Taman Mawar

Siapa yang tidak suka mawar? Flora satu ini sering jadi andalan para lelaki yang hendak merayu pasangan. Bagi yang masih jomblo, jangan khawatir. Di taman ini kita bisa melihat puluhan bahkan ratusan hamparan mawar berbagai warna. Dari mawar merah sampai putih, yang tidak tersedia hanya bunga kenangan yang pernah diberikan si Dia waktu lagi sayang-sayangnya.

 

Taman Perancis

Masih adakah yang tak mengenal negara satu ini? Di Taman Bunga Nusantara ini, kita akan disajikan pemandangan khas Prancis dengan gaya Renaissance yang populer pada abad ke-17. Susunan hijau yang membingkai petak-petak bunga aneka warna memberikan kesan rapi yang sedap dipandang mata.

 

Taman Jepang

Negri Sakura memiliki daya tarik khasnya tersendiri. Selain animasi dan kemajuan teknologi, Jepang juga dikenal karena budayanya yang masih kental. Pesona dari rumah-rumah tradisional dengan taman yang hening dan sejuk, seolah dihadirkan di sini.

Memasuki area Taman Jepang, kita disambut oleh bangunan khas Negri Sakura, kolam kecil yang dibelah oleh jembatan kayu, jalanan batu yang membentang dari gerbang masuk, serta penataan sederhana yang didominasi hijau dan unsur air nan tenang.

 

Taman Mediterania

Kaktus dan gurun memiliki kecantikannya tersendiri. Di taman ini, kita bisa melihat aneka jenis kaktus tumbuh di atas hamparan pasir putih dan bebatuan kecil.

Kita juga bisa memasuki bangunan bergaya Mediterania yang menjadi rumah bagi tumbuhan berduri tersebut.

 

Taman Labirin

Foto: detiknews
Tenang, ini bukan labirin seperti yang ada dalam film The Maze Runner. Jalan yang berliku dengan dinding dari tanaman Pucuk Merah ini akan membawa kita pada petualangan kecil yang menyenangkan.

Di tengah labirin, ada rangkaian bunga serta tanaman hias yang unik memanjakan mata. Sekali lagi kita bisa berfoto ria dengan biaya masuk yang hanya seribu rupiah.

Jangan takut tersesat, karena pihak taman menyediakan peta pemandu bagi pengunjung.

 

Taman Bali

Puas 'berkeliling dunia', kita bisa melihat pesona khas negeri tercinta yang berkonsep di Bali. Lengkap dengan Gapura Pintu Masuk serta bangunan-bangunan candi dan bale yang mengingatkan pada Pulau Dewata.

Di dalamnya, kita bisa melihat bebunga lokal seperti Kamboja dan Kembang Sepatu. Jangan lupa tanaman tropis yang bertebaran menghiasi sejuk dan memanja mata dengan warna hijau alami yang dipadu dengan warna bebatuan kelabu.

 

Rumah Kaca

Hanya dengan 5.000 rupiah, kita bisa melihat bunga-bunga sensitif dalam rumah kaca yang pastinya diatur sedemikian rupa, dengan tata letak menawan dan tampilan yang segar.

 

Taman Palem

Seperti namanya, taman ini ditumbuhi berbagai palem unik dan langka yang memberikan keindahan tersendiri.

 

Menara Pandang

Lelah mengitari taman yang luasnya keterlaluan ini, kita bisa datang ke Menara Pandang untuk menyaksikan pemandangan berbeda dari ketinggian. Pastikan untuk mampir sebentar sekadar melihat uniknya susunan Taman Labirin dari atas, atau keindahan Taman Perancis yang khas. Pemandangan hijau yang diwarnai bermacam flora pasti menjadi hal yang sulit dilupakan.

 

Puas berjalan-jalan di taman yang seluruh area dan wahana tidak bisa disebutkan dengan detail di sini, kita bisa mengisi perut dengan makanan lezat dari sebuah resto yang terletak di dekat Taman Bunga Nusantara.

Cukup menyebrang dan berjalan sedikit berlawanan arah dari halte, sampailah kita di Rumah Makan Imah Pare



Suasana ala pedesaan yang hening dan sejuk, ditambah menu yang memanjakan lidah, dengan harga aman di kantong serta staf yang ramah menjadi perpaduan sempurna. Lokasinya pun sangat nyaman untuk menghabiskan waktu bersama keluarga.

Foto: Dok.Pri

Menu yang disajikan mempunyai rasa khas dengan rempah berlimpah. Saung dengan lampion menggantung di segala sisinya memberi pilihan makan ala lesehan yang lebih kekeluargaan, atau tetap formal duduk di mengitari meja jati.

Untuk mengisi waktu, kita juga bisa memberi makan ikan mas atau sekadar berjalan-jalan di sekitar saung.

So, bagi Anda yang berdomisili di Jawa Barat,  Taman Bunga Nusantara recomended banget untuk Anda kunjungi bersama keluarga saat pandemi ini berlalu. Jangan lupa, mampir di Rumah Makan Imah pare ya.... 😉


Tulisan ini Diikutsertakan dalam 30 Days Writing Challenge Sahabat Hosting 



Minggu, 24 Januari 2021

Merasa Insecure? Ini Dia 5 Tips Mengatasinya



Insecure, siapa sih, yang tidak pernah merasakannya? Rasa takut yang berlebihan itu wajar ada. Namun, kita tidak boleh berlarut-larut sampai menyebabkan gangguan pada mental.

Kalau boleh dibilang, insecure itu seperti luka. Pasti kita pernah mengalaminya, tetapi kita tidak boleh mendiamkannya.

Di bawah ini, beberapa cara untuk mengatasi insecure yang semoga bermanfaat.


Positive Thinking, tapi jangan berlebihan

Orang yang insecure, pastinya sering berpikiran buruk tentang diri sendiri atau orang lain. Misalnya, saat seseorang tidak juga membalas pesan kita. Otak biasanya akan berkelana mencari alasan-alasan yang 'masuk akal'. Namun, alasan 'masuk akal' tersebut bisa saja salah dan malah membebani mental kita sendiri. Berpikir kalau orang lain menganggap kita membosankan, annoying, atau tidak penting jadi berhak diabaikan.

Stop pikiran-pikiran semacam itu. Hey guys, come on! Orang punya urusan yang berbeda-beda, loh. Daripada sibuk memikirkan hal buruk, lebih baik berusaha memaklumi. Bisa jadi orang itu punya kesibukan atau urusan mendadak yang tidak kita tahu. Jadi, bukannya enggak mau balas pesan kita, tetapi enggak bisa.

Namun, sesuatu yang berlebihan tidak akan berakhir baik, walau maksudnya juga untuk kebaikan. Jangan disangkal kalau terlalu berpikir positif kadang bisa menyakiti diri sendiri.

Misalnya kita ingin mengikuti sebuah lomba dan merasa insecure, tidak ada yang salah dari berpikir positif bahwa kita pasti bisa, kita juga hebat. Namun, salah kalau sampai mendikte diri bahwa hasilnya nanti akan sesuai ekspetasi. Ekspetasi dan realita tak selalu sama, Saudara!

Ingat, penting untuk menerima kenyataan. Namun, bukan berarti kamu bisa bilang, “Kenyataannya, aku memang buruk.”

No! Terima, kalau kamu sudah berusaha sebaik mungkin dan akan melakukan yang lebih baik di kemudian hari. Jadi, berpikirlah positif, tapi jangan sampai menyakiti diri sendiri dengan kebohongan yang kita rangkai untuk menjadi berani.

Intinya jangan kapok mencoba, oke?

 

Maafkan dirimu sendiri, kamu bukan tokoh antagonis!

Tahu tokoh antagonis? Iya, kalau di sinetron, yang perannya jahat sampai dihujat banyak penonton dan setiap tindakannya selalu salah. Coba pikir, orang semacam itu tidak pantas bahagia, kan? Kerjanya cuma menyusahkan orang lain.

Ingat, kamu bukan mereka.

Hal wajar bila manusia melakukan kesalahan. Kita sejatinya bukanlah makhluk sempurna yang tanpa cacat dan kekurangan. Berbuat salah itu wajar, jangan menghakimi diri sendiri karena sebuah kesalahan.

Cara seperti itu tak akan menghasilkan apa pun kecuali perasaan rendah diri. Minder.

Hey, come on! Kita memang tidak sempurna, tetapi kita juga tidak serendah itu. Daripada sibuk menyalahkan diri sendiri atas segala hal buruk yang terjadi, bukannya lebih baik kita berbenah diri? Daripada terus berpikir semua terjadi karena kesalahan sendiri, lebih baik kita belajar dari kesalahan itu dan menjadi lebih baik.

Berdamailah dengan diri sendiri. Coba posisikan diri kita sebagai orang lain, apa orang lain senang kalau terus disalahkan? Tidak. Begitu juga diri sendiri. Cobalah mencari hikmah dari tiap kejadian, oke?

 

Kenali dirimu sendiri

“Tak kenal maka tak sayang.”

Bukan cuma mengenal orang lain, kita juga wajib mengenal diri sendiri. Apa kekurangan dan kelebihan kita? Bagaimana membuat diri kita rileks dan menghindari hal-hal yang membuat kita tertekan?

Coba kenali batasan-batasan yang kita punya, supaya bisa memposisikan diri dengan benar, dan terhindar dari rasa malu. Kenali dan gali bakat yang terpendam selama ini, siapa tahu Tuhan memberi sukses lewat bakat yang kita miliki.

Coba juga menjauhi hal atau orang-orang yang bisa membuat kita makin merasa insecure. Mereka yang hanya meremehkan tanpa tahu perjuangan orang lain, atau lingkungan toxic yang tidak nyaman.

 

Kun Anta! Kamu, bukan orang lain

Pernah dengar judul lagu 'Kun Anta'? Dalam bahasa Arab, artinya 'Jadilah dirimu sendiri'.

Kamu adalah kamu, dia adalah dia. Sebagai individu, kita semua berbeda. Jangan mencoba untuk menjadi orang lain, hal seperti itu bisa membuatmu tersiksa. Kadang, apa yang membuat orang lain nyaman, belum tentu nyaman juga untuk kita.

Percayalah pada diri sendiri, jangan takut menunjukkan siapa kita yang sebenarnya!

Ingat, setiap individu itu unik dengan caranya sendiri. Kita adalah orang spesial, hanya saja mungkin belum menemukan tempat untuk bersinar. Makanya, segera cari dan temukan!

Jujurlah pada diri sendiri, ingin seperti apa kita di masa depan? Coba ekspresikan diri lewat hal-hal sederhana yang menyenangkan. Jangan takut dihakimi atau dilihat orang lain! Kita ini kan, makhluk sosial.

Kalau pun ada seseorang yang tak suka, katakanlah, “Ini aku apa adanya!” Percaya saja, nantinya kita pasti dipertemukan dengan orang lain yang mau menerima kita apa adanya.


Stop, enjoy aja!

Hidup itu seperti air yang terus mengalir. Kadang, kita harus cuek pada pandangan orang lain, tetapi ada batasnya. Jangan abaikan yang benar-benar peduli, lalu jangan hiraukan yang cuma mau menjulid.

Kadang kita butuh waktu untuk sendiri, coba menikmati hidup. Lihat, dunia ini tidak menakutkan.

Berhentilah menebak-nebak apa yang orang lain pikirkan tentang kita. Daripada itu, bukankah lebih baik fokus berbenah diri, agar pandangan orang lain pada diri kita semakin membaik? Agar kita bisa memaafkan diri sendiri yang sudah banyak melakukan kesalahan. Agar rasa takut kita bisa berkurang.

Kalau lelah, berhentilah sejenak. Menepilah dan renungkan, kenapa kita merasa takut? Kenapa tidak mengubah rasa takut itu menjadi sebuah kekuatan yang membuat orang lain tercengang?

Bisa? Tentu. Kalau kita mau belajar.

Belajar menerima kekurangan diri sendiri, belajar menerima pandangan orang lain terhadap kita, dan membenahi segala kekurangan. Belajar berteman dan meminta saran dari mereka yang peduli. Ingat, kita tidak sendirian di dunia ini.

Sekali lagi jika lelah, istirahatlah dan nikmati waktu untuk sendiri. Kedamaian bisa datang bersama hening. Kita, yang selalu diliputi rasa takut, pasti membutuhkan keheningan untuk berpikir jernih.

Lantas, cobalah melangkah lagi. Jangan terpaku pada kesalahan dan masa lalu. Ingat, kamu sudah belajar memaafkan diri sendiri, sudah menjadi pribadi yang lebih baik. Coba nikmati saja. Dunia ini menyenangkan, sayang kalau dilewatkan.


###

Tulisan ini Diikutsertakan dalam 30 Days Writing Challenge Sahabat Hosting 


[]

Selasa, 19 Januari 2021

Sahabat Sehidup Sesurga

 


Sejak kecil, seingatku, aku nggak punya banyak teman. Bapak termasuk orang yang posesif terhadap anak-anaknya, terutama perempuan. Kami 9 bersaudara, 4 laki-laki dan 5 perempuan, tidak diizinkan bermain dengan sembarang teman.

Praktis dari SD hingga SMP aku hanya punya sedikit teman bisa dihitung dengan jari satu tangan saja. Bahkan teman SMP, begitu lulus langsung lupa. 

Memasuki remaja, Bapak memasukkan aku ke sekolah kejuruan, di sinilah lingkaran pertemananku mulai meluas. Di samping karena jarak sekolah yang jauh, harus menggunakan angkot lalu disambung bis tiga perempat, juga mulai ikut berorganisasi.

ROHIS, ROhani ISlam, kupilih sebagai organisasi pertama. Awalnya canggung, karena aku merasa kakak kelas yang menjadi pengurus dan anggota ROHIS itu angkuh. Jarang ngobrol, jarang terlihat ketawa lepas, bahkan yang paling menyeramkan adalah mereka selalu bicara dengan saling membelakangi dengan lawan jenis jika di luar mushola. Oh iya, bascamp anak ROHIS angkatan kami mushola, karena belum punya ruangan waktu itu. Jika di dalam mushola, mereka selalu bicara dari balik tirai pembatas.

Seiiringnya waktu, aku mulai paham mereka bukan angkuh, aneh, apalagi menyeramkan, mereka hanya menjaga diri dan berusaha menjalankan syariat. 

Di ROHIS inilah, aku menemukan teman yang menyenangkan. Bukan hanya sekadar bisa diajak jalan, ngobrol, tapi lebih dari itu. Mereka teman yang asyik diajak diskusi, dan tak sungkan untuk mengingatkan jika aku salah atau sebaliknya, tak pelit berbagi ilmu, dan tak ragu menasehati.

Karena teman sejati itu bukan orang yang selalu membenarkan setiap ucapan dan perbuatan kita. Teman sejati adalah orang yang mau menegur saat kita khilaf dan melakukan salah, dan tanpa ragu menunjukkan kebenaran. Meski dengan itu, dia harus memukul kita.

Pertemanan kami bukan lagi hanya mengenal pribadi masing-masing, tapi saling mengenal orang tua dan keluarga. Sehingga, pertemanan itu berubah menjadi persaudaraan. Sehingga, jika ada kegiatan bersama bahkan yang mengharuskan menginap, keluarga kami sudah percaya. Kami punya agenda rutin untuk saling berkunjung dan menginap di salah satu rumah teman.

Sungguh, pengalaman yang tak terlupakan. 



Sayang, pertemanan manis kami mulai terurai oleh kesibukan setelah lulus. Di antara kami ada yang langsung bekerja, kuliah, dan ada juga yang kelakuan keduanya -kerja sambil kuliah, seperti aku. Sampai akhirnya, kakak kelas yang membimbing kami memutuskan; kami harus berpisah, bergabung dengan teman baru yang waktu dan tempatnya sesuai dengan kondisi kami masing-masing.

Bersyukur, di usia jelang senja ini, Allah kembali mempertemukan aku dengan orang-orang yang bisa dianggap teman. Teman yang bukan hanya untuk bersenang-senang, tapi teman yang pasti ada untuk memberikan nasehat, dukungan, dan bantuan. Teman yang tulus tanpa modus, karena kami ingin menjadi TEMAN SEHIDUP SESURGA.

Bersama kami saling mengisi, menutup kekurangan dengan kelebihan, menyimpan rahasia, berlomba berbuat kebaikan, bergandengan tangan dalam kebenaran, karena goal pertemanan ini adalah abadi sampai surga-Nya, in sya Allah. 

Setiap hari memintal rindu, untuk temu yang hanya sepekan sekali. Bahkan kini, rindu itu telah panjang tersulam, karena pandemi telah menjeda pertemuan kami. Tak ada pelukan dan jabat tangan, hanya suara yang sesekali saling menyapa. 

Ada rindu yang takkan bisa terbayar di dunia, hanya bisa menyapa lewat doa. tahun lalu, salah satu teman telah mendahului bertemu Kekasih yang lebih rindu dan sayang padanya, Allahu Robbul 'Izzati.

Allahummaghfirlaha warhamha wa'afihi wa'fuanha.

Semoga di surga kelak tempat kita kembali berkumpul. Aamiin.

Cukuplah lirik lagu yang dibawakan oleh Marisha Chacha fit Ria Ricis dengan judul yang sama dengan judul tulisanku ini sebagai penutup.

💮💮💮💮💮💮💮💮💮💮💮💮💮💮

TEMAN SEHIDUP SESURGA


Aku punya dosa

Mungkin kamu sama

Aku ada salah 

Mungkin kamu juga


Ingatkan diriku

Bila banyak salah

Ingatkan diriku

Bila sempat khilaf


Sahabat selamanya

Sahabat sehidup sesurga

Bersama saling menjaga

Silaturrahmi seterusnya

🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸

Bekasi, 19 Januari 2020


Tulisan ini diikutsertakan dalam 30 Days Writing Challenge Sahabat Hosting.

Senin, 04 Januari 2021

Misteri Bau Pandan



Malam itu, Rara sedang membaca majalah Bobo di ruang depan. Pintu depan biasa terbuka, dan baru tertutup saat Ayah Pulang. 

"Bunda, kok wangi pandan lagi, ya?"

Kemarin malam, saat Rara dan Bunda sedang duduk bersama di sofa juga tercium wangi pandan.

"Heeem ... Mungkin, Bu Dewi, tetangga depan rumah kita sedang membuat kue."

"Masa, malam-malam bikin kue, Bunda?"

"Kalau dia pedagang kue, itu bisa terjadi."

Besok paginya, Bunda bertanya pada Bu Dewi. Ternyata Bu Dewi tidak membuat kue pada malam hari. 

"Kalau bukan Bu Dewi, lalu siapa, Bund?"

"Mungkin tetangga yang lain," jawab Bunda.

Rara dan keluarganya baru pindah tiga minggu yang lalu, jadi belum banyak tetangga yang dikenal. Rara pun bergegas berangkat sekolah.

Saat melewati rumah Bu Sofi, Rara melihat Bu Sofi sedang memetik beberapa helai daun. Bentuknya agak panjang warnanya hijau tua. Karena penasaran, Rara menyapa Bu Sofi.

"Pagi, Bu Sofi! Sedang memetik daun apa, Bu?"

"Pagi, Rara! Ibu sedang memetik daun pandan, untuk membuat bubur sumsum," jawab Bu Sofi sambil memperlihatkan beberapa helai pandan yang sudah dipetik.

Rara mengambil satu helai, lalu menciumnya. Heeem ..., baunya sama, pikir Rara dalam hati.

"Apakah, kalau malam daun pandan ini akan mengeluarkan bau yang lebih menyengat, dan bisa tercium dari jauh, Bu?"

"Tidak, Rara! Pandan akan mengeluarkan bau, saat dipetik dan diremas. Ketika direbus atau diolah dalam campuran makanan lain, harumnya baru bisa terendus dalam radius beberapa meter.”

"Oooh ...." Rara termenung mendengar penjelasan Bu Sofi.

Rara pamit pada Bu Sofi untuk melanjutkan perjalanannya. Rara terus memikirkan kata-kata Bu Sofi. Kalau tanpa diolah, daun pandan tidak bisa mengeluarkan bau yang bisa terendus dalam beberapa meter. Berarti bau yang selalu aku cium beberapa hari ini, berasal dari mana? 

Di sekolah, saat jam istirahat, Rara berdiskusi dengan Rahma, perihal bau pandan di rumahnya.

"Rumah kamu, sudah tiga tahun kosong. Sejak Kakek dan Nenek Dhio meninggal. Semua anaknya merantau di luar pulau Jawa," Rahma menjelaskan sejarah Rumah Rara.

"Rumah kosong? Apakah mungkin ada hantunya?"

"Entahlah. Kami belum ada yang melihat."

Rara semakin bingung dengan misteri yang dihadapinya. Apa mungkin rumahnya berhantu? Apalagi, penghuni sebelumnya meninggal.

Di rumah, Rara menjadi takut membayangkan hasil pemikirannya. Makanya Rara sebenarnya agak enggan ketika dimintai tolong menutup pintu. Pintu masih terbuka sejak Bunda kembali dari warung, selepas isya tadi. Rara anak baik, dia tak ingin membantah perintah bundanya. Meski agak takut, dia beranikan diri ke ruang depan.

Ketika Rara akan menutup pintu depan, dia melihat dahan pohon jambu biji di depan rumahnya yang sedang berbuah lebat, bergoyang seperti ada yang menarik atau mengayunkannya. Dan bau pandan kembali terendus.

Braaak!

Rara menutup pintu dengan sekali banting. Lalu, Rara berlari ke arah Bunda dan memeluknya.

"Ada apa?" tanya Bunda.

"Rara takut, Bund!" Rara semakin erat memeluk.

"Katakan dulu ada apa?" Bunda mendesak agar gadis kecil berusia sepuluh tahun itu,  mau bercerita.

Matanya mengerjap, "Ada hantu di pohon jambu, Bunda."

Bunda keluar rumah untuk membuktikan ucapan Rara. Lalu menyenteri semua dahan pohon jambu.

"Tidak ada apa-apa. Kamu salah lihat mungkin?" 

"Tidak Bunda! Rara yakin. Tadi dahannya bergerak sendiri," tukas Rara meyakinkan Bunda.

Ketika Ayah pulang, Rara segera bangun, mengikuti Bunda yang menyiapkan air untuk Ayah. Gadis kecil yang senang dikepang dua itu, menceritakan pengalamannya tadi, pada Ayah.

"Seperti apa hantunya?"

"Tidak terlihat, Yah. Tapi ada baunya, seperti bau pandan.”

"Ooh ..., hahahahaaa ...."

Ayah malah tertawa. Lalu mengeluarkan HP androidnya. "Nah sini, lihat!"

Rara pun duduk di samping Ayah. Di HP Ayah, terlihat seekor hewan yang sekilas mirip kucing. Dengan ekor panjang, warnanya hitam keabu-abuan. Tapi, berbeda pada bagian wajahnya. Moncongnya lebih panjang dari pada kucing.

"Cantiknya," puji Rara. "Itu hewan apa namanya, Yah?"

"Hewan ini, namanya musang pandan. Karena sering mengeluarkan bau dari kelenjar di dekat anusnya. Samar-samar bau ini menyerupai harum daun pandan, namun dapat pula menjadi pekat dan memualkan,” Ayah menjelaskan panjang lebar perihal musang pandan.

“Inilah, tersangka hantu yang menggoda Rara,” lanjut Ayah. “Ayah rasa, karena pohon jambu di depan rumah kita sedang berbuah lebatlah, yang membuat musang kerap menghampiri rumah kita.”

“Ooh ... Seperti itu.” Rara manggut-mangut gembira mendengar penjelasan ayahnya. "Seandainya, Rara bisa melihat dan memegangnya langsung, pasti menyenangkan." 

"Kalau Rara benar-benar ingin melihat musang, minggu depan akan Ayah ajak ke rumah Om Irwan. Dia punya sepasang musang,” kata Ayah.

"Asyiiik ...." Rara memeluk Ayah dengan erat. Rara bangga punya Ayah hebat yang banyak pengetahuannya. Tanpanya, mungkin Rara masih ketakutan.

Kini, Rara sudah tahu misteri bau pandan yang membuatnya takut. Ternyata, hanya ulah musang pandan.

Jumat, 01 Januari 2021

Squishy Nita




Sore itu, ketika sedang bermain, Nita sibuk membongkar semua kotak penyimpanan squishy. Semua boneka imut nan lembut yang menyerupai berbagai karakter,  berserakan memenuhi ruang tamu.

Setelah merasa yang dicarinya tidak ada, anak perempuan berusia 8 tahun itu, lari ke kamar. Tak lama, Nita kembali mengaduk mainannya. "Aduh, ke mana, ya? Kenapa tidak ada?" 

Anak berkepang dua itu, terus menggerutu sambil mengaduk semua squishynya. Sesekali kakinya dihentakkan ke lantai, dan bibirnya beberapa kali maju sambil mengeluarkan suara dengusan. "Hu uh. Sebel!"

Nita teringat dengan squishy besar yang pernah ia miliki, Mr. Potato. Squishy berbentuk kentang itu rusak amburadul dicakar kucing liar. Ia ingat menyimpannya di jendela, agar Mr. Potato bisa menikmati matahari. Tanpa diketahui, squishynya jatuh ke luar kamar dan menjadi mainan kucing.

"Apakah mungkin, squishy jeruk dan stroberiku juga dimainin kucing?" kata Nita dalam hati. 

Nita kemudian bersegera ke luar rumah, mencari squishynya yang hilang. Setelah memutari rumah dan mencari di antara tanaman bunga di taman, dia tidak menemukan apa yang dicari. Kemudian, Nita kembali ke ruangan depan, tempat ia membongkar semua squishynya. Lama ia memandangi boneka-boneka aneka bentuk dan ukuran miliknya, sambil mengingat-ingat kembali di mana ia meletakkan kedua benda kesayangannya itu.

Beberapa saat kemudian, “Di kamar!” seru Nita kegirangan, setelah ia mengingat terakhir memainkan si orange jeruk dan si imut stroberi. Nita pun, bergegas ke kamar.
Di kamar, Nita sibuk membuka laci meja belajarnya, mengobrak-abrik benda yang ada di dalamnya. Siapa tahu, mereka terselip. Nita kemudian, beralih mencari ke tempat tidur, kolong tempat tidur. Tapi, tidak menemukan juga. 

Merasa lelah, Nita duduk sejenak di kasur. ia berusaha mengingat kejadian kemarin sore. Setelah bermain, memang Nita tidak langsung membereskannya, tapi ia simpan di kasur untuk menemaninya tidur malam setelah belajar. Paginya ketika bangun, Nita juga lupa tidak membereskan squishynya. 

“Wah.. kenapa aku tidak tanya Mama saja, ya? Kan Mama yang selalu menyimpan squishy punyaku di kotak besar,” gumam Nita lalu bergegas mencari Mama.

Ternyata Mama sedang asyik merajut di ruang tengah. Nita menghampiri Mama.
“Ma, lihat squishy Nita tidak?” tanya Nita.

Mama berhenti merajut syal, lalu menoleh ke Nita. “Lho, memangnya Nita simpan di mana? Coba cari di kotak mainan dulu!”

Nita terdiam. Tentu saja di kotak mainan tidak ada, karena Nita memang tidak menaruhnya kembali sehabis bermain.

“Aku lupa menaruhnya di mana, Ma!” jawab Nita tersipu malu.

“Nah, sekarang coba Nita cari lagi di kamar. Siapa tahu terjatuh di kolong.”

“Baik, Ma!” jawab Nita lalu bergegas kembali ke kamarnya.

Nita kembali mencari squishy miliknya. Namun belum menemukan squishy berbentuk jeruk dan stroberi itu. Nita lalu memutuskan beristirahat dulu.

Cukup lama, Nita termenung. Lalu Nita tergerak untuk mencari di kolong lemari, tinggal tempat itu saja yang belum ia cari. 

Nita melongokkan wajahnya ke kolong lemari, lalu berseru, "Ketemu!"

Anak perempuan kelas II SD ini, senang sekali. Ia mengambil mainan lembut menyerupai jeruk dan stroberi itu, dengan bantuan penggaris. Karena tangannya tidak sampai, menjangkau kedua benda imut itu.

Diciuminya benda warna orange dan merah itu. "Apakah kamu terjatuh semalam waktu aku tidur?" tanya Nita pada dua squishy kesayangannya. Lalu Nita segera berlari ke ruang tengah.

"Ma, Ketemu." Nita menunjukkan kedua mainan kesayangannya dengan menempelkannya di kedua pipinya.

“Apa yang ketemu?” tanya Mama pura-pura tidak mengerti.

“Squishyku ini, Ma,” jawab Nita bersemangat sambil menunjukkan squishy jeruk dan stroberi.

“Nah, Nita temukan di mana?"

“Ketemu di kolong lemari. Mungkin terjatuh saat aku tidur," jawab Nita.

"Syukurlah, masih ketemu. Jadi tidak bernasib sama seperti Mr. Potato.” Mama membelai kepala putri kesayangannya. 

“Jadi, seharusnya bagaimana ya, supaya anak Mama ini, tidak selalu kehilangan benda?" tanya mama.
"Aku harus merapikan semua mainan setelah bermain," jawab Nita mantap.

"Janji?"

"Janji, Ma."

"Anak yang mau merapikan mainannya setelah bermain, itu namanya anak baik." Mama mengelus kepala Nita. “Sebenarnya Mama tahu, tadi Nita sedang sibuk mencari squishy. Mama juga tahu di keberadaan boneka mungil nan lucu itu berada.”

Kedua mata Nita terbelalak. “Jadi Mama tahu?”

Mama mengangguk sambil tersenyum. “Pagi tadi, ketika sedang menyapu, Mama menemukan dua squishy, bentuk jeruk dan stroberi milik Nita, di kolong lemari. Mama tidak menyimpannya di kotak besar kumpulan squishy, tapi menaruhnya kembali di kolong lemari. Mama ingin, Nita lebih bertanggung jawab terhadap mainan yang dimiliki,” ucap Mama.

“Iya, Ma! Nita berjanji, setelah bermain ia akan merapikannya kembali. Juga menyimpannya di kotak besar kumpulan squishy,” janji Nita.