Senin, 04 Januari 2021

Misteri Bau Pandan



Malam itu, Rara sedang membaca majalah Bobo di ruang depan. Pintu depan biasa terbuka, dan baru tertutup saat Ayah Pulang. 

"Bunda, kok wangi pandan lagi, ya?"

Kemarin malam, saat Rara dan Bunda sedang duduk bersama di sofa juga tercium wangi pandan.

"Heeem ... Mungkin, Bu Dewi, tetangga depan rumah kita sedang membuat kue."

"Masa, malam-malam bikin kue, Bunda?"

"Kalau dia pedagang kue, itu bisa terjadi."

Besok paginya, Bunda bertanya pada Bu Dewi. Ternyata Bu Dewi tidak membuat kue pada malam hari. 

"Kalau bukan Bu Dewi, lalu siapa, Bund?"

"Mungkin tetangga yang lain," jawab Bunda.

Rara dan keluarganya baru pindah tiga minggu yang lalu, jadi belum banyak tetangga yang dikenal. Rara pun bergegas berangkat sekolah.

Saat melewati rumah Bu Sofi, Rara melihat Bu Sofi sedang memetik beberapa helai daun. Bentuknya agak panjang warnanya hijau tua. Karena penasaran, Rara menyapa Bu Sofi.

"Pagi, Bu Sofi! Sedang memetik daun apa, Bu?"

"Pagi, Rara! Ibu sedang memetik daun pandan, untuk membuat bubur sumsum," jawab Bu Sofi sambil memperlihatkan beberapa helai pandan yang sudah dipetik.

Rara mengambil satu helai, lalu menciumnya. Heeem ..., baunya sama, pikir Rara dalam hati.

"Apakah, kalau malam daun pandan ini akan mengeluarkan bau yang lebih menyengat, dan bisa tercium dari jauh, Bu?"

"Tidak, Rara! Pandan akan mengeluarkan bau, saat dipetik dan diremas. Ketika direbus atau diolah dalam campuran makanan lain, harumnya baru bisa terendus dalam radius beberapa meter.”

"Oooh ...." Rara termenung mendengar penjelasan Bu Sofi.

Rara pamit pada Bu Sofi untuk melanjutkan perjalanannya. Rara terus memikirkan kata-kata Bu Sofi. Kalau tanpa diolah, daun pandan tidak bisa mengeluarkan bau yang bisa terendus dalam beberapa meter. Berarti bau yang selalu aku cium beberapa hari ini, berasal dari mana? 

Di sekolah, saat jam istirahat, Rara berdiskusi dengan Rahma, perihal bau pandan di rumahnya.

"Rumah kamu, sudah tiga tahun kosong. Sejak Kakek dan Nenek Dhio meninggal. Semua anaknya merantau di luar pulau Jawa," Rahma menjelaskan sejarah Rumah Rara.

"Rumah kosong? Apakah mungkin ada hantunya?"

"Entahlah. Kami belum ada yang melihat."

Rara semakin bingung dengan misteri yang dihadapinya. Apa mungkin rumahnya berhantu? Apalagi, penghuni sebelumnya meninggal.

Di rumah, Rara menjadi takut membayangkan hasil pemikirannya. Makanya Rara sebenarnya agak enggan ketika dimintai tolong menutup pintu. Pintu masih terbuka sejak Bunda kembali dari warung, selepas isya tadi. Rara anak baik, dia tak ingin membantah perintah bundanya. Meski agak takut, dia beranikan diri ke ruang depan.

Ketika Rara akan menutup pintu depan, dia melihat dahan pohon jambu biji di depan rumahnya yang sedang berbuah lebat, bergoyang seperti ada yang menarik atau mengayunkannya. Dan bau pandan kembali terendus.

Braaak!

Rara menutup pintu dengan sekali banting. Lalu, Rara berlari ke arah Bunda dan memeluknya.

"Ada apa?" tanya Bunda.

"Rara takut, Bund!" Rara semakin erat memeluk.

"Katakan dulu ada apa?" Bunda mendesak agar gadis kecil berusia sepuluh tahun itu,  mau bercerita.

Matanya mengerjap, "Ada hantu di pohon jambu, Bunda."

Bunda keluar rumah untuk membuktikan ucapan Rara. Lalu menyenteri semua dahan pohon jambu.

"Tidak ada apa-apa. Kamu salah lihat mungkin?" 

"Tidak Bunda! Rara yakin. Tadi dahannya bergerak sendiri," tukas Rara meyakinkan Bunda.

Ketika Ayah pulang, Rara segera bangun, mengikuti Bunda yang menyiapkan air untuk Ayah. Gadis kecil yang senang dikepang dua itu, menceritakan pengalamannya tadi, pada Ayah.

"Seperti apa hantunya?"

"Tidak terlihat, Yah. Tapi ada baunya, seperti bau pandan.”

"Ooh ..., hahahahaaa ...."

Ayah malah tertawa. Lalu mengeluarkan HP androidnya. "Nah sini, lihat!"

Rara pun duduk di samping Ayah. Di HP Ayah, terlihat seekor hewan yang sekilas mirip kucing. Dengan ekor panjang, warnanya hitam keabu-abuan. Tapi, berbeda pada bagian wajahnya. Moncongnya lebih panjang dari pada kucing.

"Cantiknya," puji Rara. "Itu hewan apa namanya, Yah?"

"Hewan ini, namanya musang pandan. Karena sering mengeluarkan bau dari kelenjar di dekat anusnya. Samar-samar bau ini menyerupai harum daun pandan, namun dapat pula menjadi pekat dan memualkan,” Ayah menjelaskan panjang lebar perihal musang pandan.

“Inilah, tersangka hantu yang menggoda Rara,” lanjut Ayah. “Ayah rasa, karena pohon jambu di depan rumah kita sedang berbuah lebatlah, yang membuat musang kerap menghampiri rumah kita.”

“Ooh ... Seperti itu.” Rara manggut-mangut gembira mendengar penjelasan ayahnya. "Seandainya, Rara bisa melihat dan memegangnya langsung, pasti menyenangkan." 

"Kalau Rara benar-benar ingin melihat musang, minggu depan akan Ayah ajak ke rumah Om Irwan. Dia punya sepasang musang,” kata Ayah.

"Asyiiik ...." Rara memeluk Ayah dengan erat. Rara bangga punya Ayah hebat yang banyak pengetahuannya. Tanpanya, mungkin Rara masih ketakutan.

Kini, Rara sudah tahu misteri bau pandan yang membuatnya takut. Ternyata, hanya ulah musang pandan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar