Selasa, 19 Januari 2021

Sahabat Sehidup Sesurga

 


Sejak kecil, seingatku, aku nggak punya banyak teman. Bapak termasuk orang yang posesif terhadap anak-anaknya, terutama perempuan. Kami 9 bersaudara, 4 laki-laki dan 5 perempuan, tidak diizinkan bermain dengan sembarang teman.

Praktis dari SD hingga SMP aku hanya punya sedikit teman bisa dihitung dengan jari satu tangan saja. Bahkan teman SMP, begitu lulus langsung lupa. 

Memasuki remaja, Bapak memasukkan aku ke sekolah kejuruan, di sinilah lingkaran pertemananku mulai meluas. Di samping karena jarak sekolah yang jauh, harus menggunakan angkot lalu disambung bis tiga perempat, juga mulai ikut berorganisasi.

ROHIS, ROhani ISlam, kupilih sebagai organisasi pertama. Awalnya canggung, karena aku merasa kakak kelas yang menjadi pengurus dan anggota ROHIS itu angkuh. Jarang ngobrol, jarang terlihat ketawa lepas, bahkan yang paling menyeramkan adalah mereka selalu bicara dengan saling membelakangi dengan lawan jenis jika di luar mushola. Oh iya, bascamp anak ROHIS angkatan kami mushola, karena belum punya ruangan waktu itu. Jika di dalam mushola, mereka selalu bicara dari balik tirai pembatas.

Seiiringnya waktu, aku mulai paham mereka bukan angkuh, aneh, apalagi menyeramkan, mereka hanya menjaga diri dan berusaha menjalankan syariat. 

Di ROHIS inilah, aku menemukan teman yang menyenangkan. Bukan hanya sekadar bisa diajak jalan, ngobrol, tapi lebih dari itu. Mereka teman yang asyik diajak diskusi, dan tak sungkan untuk mengingatkan jika aku salah atau sebaliknya, tak pelit berbagi ilmu, dan tak ragu menasehati.

Karena teman sejati itu bukan orang yang selalu membenarkan setiap ucapan dan perbuatan kita. Teman sejati adalah orang yang mau menegur saat kita khilaf dan melakukan salah, dan tanpa ragu menunjukkan kebenaran. Meski dengan itu, dia harus memukul kita.

Pertemanan kami bukan lagi hanya mengenal pribadi masing-masing, tapi saling mengenal orang tua dan keluarga. Sehingga, pertemanan itu berubah menjadi persaudaraan. Sehingga, jika ada kegiatan bersama bahkan yang mengharuskan menginap, keluarga kami sudah percaya. Kami punya agenda rutin untuk saling berkunjung dan menginap di salah satu rumah teman.

Sungguh, pengalaman yang tak terlupakan. 



Sayang, pertemanan manis kami mulai terurai oleh kesibukan setelah lulus. Di antara kami ada yang langsung bekerja, kuliah, dan ada juga yang kelakuan keduanya -kerja sambil kuliah, seperti aku. Sampai akhirnya, kakak kelas yang membimbing kami memutuskan; kami harus berpisah, bergabung dengan teman baru yang waktu dan tempatnya sesuai dengan kondisi kami masing-masing.

Bersyukur, di usia jelang senja ini, Allah kembali mempertemukan aku dengan orang-orang yang bisa dianggap teman. Teman yang bukan hanya untuk bersenang-senang, tapi teman yang pasti ada untuk memberikan nasehat, dukungan, dan bantuan. Teman yang tulus tanpa modus, karena kami ingin menjadi TEMAN SEHIDUP SESURGA.

Bersama kami saling mengisi, menutup kekurangan dengan kelebihan, menyimpan rahasia, berlomba berbuat kebaikan, bergandengan tangan dalam kebenaran, karena goal pertemanan ini adalah abadi sampai surga-Nya, in sya Allah. 

Setiap hari memintal rindu, untuk temu yang hanya sepekan sekali. Bahkan kini, rindu itu telah panjang tersulam, karena pandemi telah menjeda pertemuan kami. Tak ada pelukan dan jabat tangan, hanya suara yang sesekali saling menyapa. 

Ada rindu yang takkan bisa terbayar di dunia, hanya bisa menyapa lewat doa. tahun lalu, salah satu teman telah mendahului bertemu Kekasih yang lebih rindu dan sayang padanya, Allahu Robbul 'Izzati.

Allahummaghfirlaha warhamha wa'afihi wa'fuanha.

Semoga di surga kelak tempat kita kembali berkumpul. Aamiin.

Cukuplah lirik lagu yang dibawakan oleh Marisha Chacha fit Ria Ricis dengan judul yang sama dengan judul tulisanku ini sebagai penutup.

💮💮💮💮💮💮💮💮💮💮💮💮💮💮

TEMAN SEHIDUP SESURGA


Aku punya dosa

Mungkin kamu sama

Aku ada salah 

Mungkin kamu juga


Ingatkan diriku

Bila banyak salah

Ingatkan diriku

Bila sempat khilaf


Sahabat selamanya

Sahabat sehidup sesurga

Bersama saling menjaga

Silaturrahmi seterusnya

🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸

Bekasi, 19 Januari 2020


Tulisan ini diikutsertakan dalam 30 Days Writing Challenge Sahabat Hosting.

4 komentar:

  1. Keren mba, punya sahabat seperti saudara

    BalasHapus
  2. Iya Bu, dulu waktu SMK. Sekarang belum nemu seperti dulu lagi 😢

    BalasHapus
  3. Sahabat itu termasuk rezeki tak ternilai yang patut disyukuri ya Mbak Nia

    BalasHapus