Rabu, 14 Oktober 2020

Pengalaman Pertama Weky

 




Dua hari setelah menetas, Ibu Beky si bebek, segera membawa anak-anaknya berpetualang di sekitar kandang.

Karena pengalaman pertama, meski hanya mengelilingi daerah sekitar, Ibu Beky berpesan pada anak-anaknya. 

"Ingat! Selalu berbaris yang rapi di belakang Ibu, ya! Jangan ada yang berpencar!” Ibu Beky takut anak-anaknya tersesat.

"Wek, wek, weeek ..., siap, Bu." jawab anak-anak bebek serentak.

Maka mulailah, mereka berpetualang. Di taman rumput samping kandang, mereka diajarkan untuk mematuk rumput muda, kuncup bunga rumput dan biji-bijian yang tersebar.

Weky si sulung sangat antusias ketika tidak sengaja kakinya menyentuh rumput yang unik. Daun rumput itu menguncup dengan sendirinya, saat Weky menyentuhnya. Rumput itu memiliki bunga yang berbentuk bulat, halus seperti bulunya dan berwarna merah muda.

"Cantiknya," puji Weky.

"Ini namanya, putri malu. Berhati-hatilah dengan tanaman ini, karna dia memiliki duri di sepanjang batangnya," Ibu Beky mengangkat dahan putri malu yang menjalar di tanah, dengan paruhnya. "lihatlah."

"Oooh ... Apakah bisa dimakan, Bu?" Tanya Ceky.

"Sebaiknya cari biji-bijian saja," jawab Ibu Beky lembut.

Setelah mengenali beberapa jenis rumput, mereka menuju kolam.

"Ibu, aku takut. Aku tak bisa berjalan di atas air," ucap Sely, anak bebek termuda, ketakutan.

"Kita tidak berjalan di atas air, Sayang. Tapi, berenang," kata Ibu Beky menenangkan Sely. "Tuhan sudah menganugerahi kita bulu yang ringan serta mengandung lemak, juga selaput pada kaki. Sehingga kita pasti akan langsung dapat berenang."

“Tapi aku takut nanti bulu-buluku basah, Bu!” ucap Sely. “Nanti aku kedinginan.”

Ibu Beky tersenyum. “Tidak usah takut, Sely! Bulu kita mengandung kelenjar minyak, yang membuat air tidak bisa meresap ke bulu kita. Kelenjar minyak ini juga yang membuat kita hangat pada saat udara sedang dingin.”

Mendengar penjelasan dari ibunya, Sely menjadi berani, bahkan dia terjun pertama ke kolam.

"Kwek, kwek.  Yeay!  Aku bisa berenang," sorak Sely kegirangan. Sayapnya  dia kepak-kepakkan di air, sehingga air terciprat ke sekelilingnya.

Weky dan Ceky pun akhirnya terjun, disusul Ibu Beky.

Ketika berenang, mereka menjumpai hewan lain yang hidup di dalam air.

"Hai, Ibu Beky. Selamat ya, akhirnya telur-telurmu menetas juga," sapa Goldy Si Ikan Mas.

"Terima kasih Goldy. Perkenalkan ini, Weky, Ceky dan Sely." Ibu Beky menunjuk pada masing-masing anaknya. "Ayo anak-anak, beri salam pada Tuan Goldy, sahabat Ibu."

"Selamat pagi, Tuan Goldy."

"Selamat pagi, anak-anak. Selamat bersenang-senang," ucap Tuan Goldy, melambaikan salah satu siripnya. Lalu kembali menyelam.

Ibu Beky meminta anak-anak untuk melanjutkan perjalanan, menyeberangi kolam.

Saat asyik berenang, sambil sesekali mencelupkan kepala ke dalam air, Weky melihat bayangan hewan terbang di permukaan air. Kemudian dia arahkan pandangannya ke atas.

"Wah, cantiknya," puji Weky pada hewan yang memiliki dua pasang sayap, ekor panjang dan kepala yang bermata besar. Sesekali, hewan itu juga hinggap di air, lalu terbang kembali dan hinggap di rerumputan sekitar kolam.

Rasa penasaran, membuat Weky melupakan pesan ibunya. Dia keluar dari barisan, mengejar hewan lucu nan cantik itu terbang, ke arah lain dari sisi kolam.

"Wah, ternyata banyak." Weky malah asyik bermain bersama para hewan udara itu. Ada yang berwarna merah, hijau kehitam-hitaman dan kuning kehijau-hijaun. Mereka unik, karena ada yang baru muncul dalam air.

Weky tidak sadar, kalau ibunya kehilangan dia. Sampai akhirnya, Tuan Goldy muncul dan memperingatinya.

"Weky, Ibu Beky mencarimu di seberang kolam," tegur Tuan Goldy.

"Ya, ampun. Aku lupa dengan pesan Ibu." Weky, bergegas meninggalkan teman-teman barunya. Dia berenang menuju Ibu dan adik-adiknya yang ternyata telah menunggu di seberang kolam.

"Weky, untunglah kolam ini tidak terlalu besar, sehingga Ibu tetap bisa melihatmu dari sini. Bagaimana kalau ini terjadi di luar lingkungan kita?"

Weky, menyadari kesalahannya. Ia hanya tertunduk tak berani menatap ibunya.

"Maafkan Weky, Bu," ucapnya lirih.

"Iya, Ibu maafkan." Ibu Beky membelai kepala Weky dengan sayap kanannya. "Apa kau lihat, hingga membuatmu tadi berpisah dari barisan?"

Weky lantas menceritakan pertemuannya dengan teman barunya.

"Ibu, bisakah Ibu membawa kami kembali ke kolam? Aku ingin berkenalan juga dengan temannya Kak Weky," bujuk Ceky pada Ibunya, karena penasaran mendengar penuturan Weky.

"Baiklah, mari!" Ibu Beky memimpin barisan.

"Ooh, ini namanya capung. Mereka memang menetas dan hidup di air, saat masih anak-anak. Setelah dewasa mereka memiliki sayap dan terbang," kata Ibu Beky, ketika sampai di tempat yang ditunjukkan oleh Weky.

Setelah berkenalan dengan beberapa capung, Ibu Beky mengajak semua anak bebek untuk kembali ke kandang. Karena hari sudah siang.

"Ibu, besok kita berpetualang lagi, 'kan?" tanya Weky bersemangat.

"Tentu, kita akan berpetualang ke tempat yang lebih jauh. Asal, kau berjanji tidak akan keluar barisan tanpa izin, apa pun yang kau lihat, Weky."

"Kwek, siap Bu.” Jawab Weky.

Hari ini semua anak bebek mendapatkan pengalaman pertama yang menyenangkan.

 

 

 

11 komentar: