Jumat, 23 Oktober 2020

Misteri Pensil Amira



Hari ini, Amira berangkat dengan riang gembira. Bersenandung sepanjang jalan. Bahkan saat masuk kelas, gadis kelas 3 SD ini menebar senyum. Padahal, biasanya Amira  terlihat murung. Bila berjalan sering menunduk dan jarang tersenyum. Shinta keheranan melihat perilaku Amira. Tapi, ia pun malas menegurnya.

Saat pelajaran dimulai, Shinta melirik ke arah Amira. Ia penasaran. Biasanya saat pelajaran akan dimulai, Amira akan meminjam alat tulis miliknya. Kali ini tidak.

Saat Amira mengeluarkan alat tulis, Shinta kaget melihatnya.

"Amira, dari mana kau memperoleh pensil dan buku tulis yang cantik itu?" tanya Shinta penasaran

"Ibuku yang memberikannya."

Shinta terus saja memandang takjub ke arah buku dan pensil milik Amira. Pensil Amira memiliki badan boneka, dengan baju batik dan rambut dari woll yang dikepang dua. Buku tulisnya memiliki jahitan pita di pinggirnya dengan cover aneka potongan kain yg indah.

Pulang sekolah, Shinta langsung menuju dapur menemui Bi Sari.

"Bi Sari, Bibi membelikan buku dan pensil Amira di mana?" 

Shinta langsung memberondong Bi Sari dengan pertanyaan. Amira adalah anak Bi Sari, asisten rumah tangga keluarga Shinta yang telah bekerja sejak ia dilahirkan.

"Pensil dan buku baru, Non? Saya tidak membelikan apa-apa untuk Amira."
“Oooh ....” Shinta mengangguk-anggukkan kepalanya.
“Memangnya kenapa, Non?” kini Bibi Amira yang penasaran.
“Tidak apa-apa, Bi. Ya sudah, aku ke atas dulu ya, Bi.”

Shinta tak bertanya lebih lanjut. Ia bergegas masuk kamar, lalu merebahkan tubuhnya di kasur. Pandangannya menerawang ke langit-langit kamarnya.

"Kalau Bi Sari tidak membelikan Amira buku dan pensil cantik itu, dari mana dia memperolehnya? Apakah Amira mencuri? Ya pasti mencuri! Tapi punya siapa?" 

Shinta terus saja memikirkan Amira, sampai matanya terpejam.

Keesokan harinya, Shinta datang lebih pagi. Ia menunggu teman-temannya. Gadis cantik keturunan Padang Sunda ini, akan mengintrogasi mereka satu persatu.

Ketika Sabila datang, Shinta langsung menghampirinya.

"Bil, kamu kehilangan pensil dan buku tulis tidak?"

"Tidak. Memangnya kenapa?" Sabila heran mendapat pertanyaan dari Shinta.

"Oh, nggak apa-apa. Ya sudah."

Shinta menunggu temannya yang lain.

"Dona, apakah kamu kehilangan pensil dan buku?"

"Tidak. Memangnya kenapa?" Dona pun dibuat terkejut oleh Shinta.

"Hahahaaaa, tidak apa-apa. Cuma iseng tanya aja."

Shinta terus bertanya kebeberapa temannya lagi. Milki, Kasep, Joana, Fauziah, Azizah dan Ikhwan. Semua menjawab tidak kehilangan pensil atau bukunya.

Shinta segera kembali ke tempat duduknya. Ia masih penasaran. Maka, ketika Amira datang Shinta langsung bertanya.

"Amira, kemarin aku sudah bertanya pada Bi Sari. Katanya, Bibi tidak membelikan kamu pensil atau buku baru. Kalau bukan ibumu lantas siapa yang membelikannya?"

"Pensil ini?" Kali ini Amira mengeluarkan pensil boneka berbaju warna pink dengan rambut pendek.

"Iya, cantik sekali."

"Ibuku yang memberikannya." 

"Tapiii ..." 

Belum selesai Shinta melanjutkan bicaranya, Amira segera memotong pembicaraannya.

"Kamu ingat? Seminggu yang lalu kamu membuang beberapa pensil, buku dan pakaian."

"Heem, iya. Apa hubungannya?" Dahi Shinta mengkerut, tanda ia bingung.

"Nah! Dengan izin Ibumu, Ibuku mengambil barang-barang yang kau buang. Lalu mendaur ulang pensil-pensil dan buku-bukumu menggunakan kain dari baju bekasmu."

"Wah, cantiknya. Tapi kan pensil yang aku buang sudah pendek, bagaimana bisa setinggi ini?"

"Ibuku menyambungnya dengan ranting pohon jambu biji yang ada di depan rumah kami, lalu menutupnya menggunakan kain dari baju bekas dan membentuknya menjadi boneka. Kamu mau?" Amira mengeluarkan beberapa pensil miliknya.

"Tidak. Aku mau diajarkan cara membuatnya saja."

"Baiklah, nanti pulang sekolah kita buat bersama." 

" Maafkan aku ya Amira. Aku sempat menyangka kamu mencuri."

"Astaghfirulloh. Mana mungkin aku mencuri. Itu perbuatan yang tidak baik."

"Makanya, mau kan kamu memaafkan aku dan mengajarkan aku membuat pensil dan buku  cantik?" Pinta Shinta dengan disertai rasa sesal. 

"Tentu saja."

Shinta mengulurkan tangannya dan dibalas oleh Amira. Mereka berjanji, sepulang sekolah akan membuat pensil dan buku cantik bersama di rumah Shinta.

#semangatbelajar
#belajarmenulis
#menulisceritaanak

Tidak ada komentar:

Posting Komentar