Nyanyian rindu yang tak berkesudahan bahkan sejak pertama kau pergi, hingga kini telah berbilang ratusan purnama, membuat hati berisik menengadahkan tangan ke langit memohon penjagaan Sang Pemilik Jagat untuk sosok yang telah membuatku lahir ke dunia, Bapak.
Pak, genap dua dasawarsa rindu ini mengalun dalam derasnya do'a. Pak, meski tidak setiap kali saat makan, tapi yang jelas, Nia ingat Bapak setiap kali sedang makan. Teringat jelas dalam benak, bagaimana effortnya saat harus menyajikan makan untukmu yang tak mau nasi hasil rice cooker dan hanya mau nasi hasil aronan yang dikukus. Maafin Nia, ya, Pak, yang dulu sering banget nipu Bapak. Saat kita sudah mulai punya rice cooker, Nia kukus nasi yang di rice cooker bukan diaron, dan Nia balas marahnya Bapak yang lidahnya tak bisa dibohongi. Itulah kenapa, saat makan sendirian nasi sering sulit tertelan dan gerimis di pelupuk sampai menetes ke piring.
Pak, gimana, sudah ketemu Emak? Desember 2023 lalu, Emak nyusul Bapak, lho. Dan rumah Emak yang baru sekarang pun ada di dekat Bapak, ya, memang nggak dempet tapi hanya berjarak lima rumah orang lain.
Pak, udah nggak berantem sama Emak, kan?
Nia bayangin Bapak sekarang lagi merajuk ke Emak dan masakin tumis ketan kesukaan Bapak. Duh, lagi-lagi Nia harus minta maaf, nih, karena sering nipu Bapak. Bapak jadi nggak pernah nyuruh Nia untuk bikin tumis ketan, saat nasi yang terhidang adalah tipuan. Bapak tahu, nggak? Tapi pasti Bapak tau, cuma nggak mau marahin anak bandel Bapak ini, kan? Pasti, itu! Pak, Nia sering, lho, nyuri tumisan ketannya Bapak itu. Meski Nia sering banget nggak mau disuruh masak, tapi Nia selalu menghidu dalam-dalam aroma rempah yang Bapak tumis dan menunggu untuk disuruh matiin kompor. Saat Bapak belum makan, Nia curi beberapa suap. Karena selalu Nia yang matikan kompornya, dan Nia cuma mau disuruh itu, supaya bisa mencuri ketannya Bapak.
Pak, sekarang udah mau lebaran. Bapak inget, nggak? Nia dulu seneng banget foto di samping Bapak dengan gaya siap kayak polwan; mata melotot, wajah tegak ke depan, kedua tangan lurus di samping, dan kaki rapat. Dulu, Nia ngerasa gaya itu keren. Padahal kalo inget sekarang, geli dan malu rasanya. Mata melotot itu mah bukan gaya polwan, kan, Pak?
Pak, tau nggak sih, kenapa Nia seneng banget bergaya kayak gitu? Bahkan, Nia dijulukin srikandi waktu masih mengenakan seragam putih merah, lho, Pak. Karena saking seringnya mukul dan bikin nangis anak laki-laki yang jahilin Nia atau teman. Tapi, allhamdulillah nggak ada guru dan teman yang marah, cuma anak laki-laki aja yang takut sama Nia. menurut Bapak, Nia keren nggak?
Pak, Nia tuh seneng bergaya bak tentara/polisi wanita itu karena Bapak juga, lho! Bapak itu, kalo dateng ke sekolah Nia, jalannya gagah, selalu mengenakan kemeja yang dimasukkan ke dalam celana, celana panjang dengan gesper yang di pinggangnya ada tempat kaca mata, sepatu hitam mengkilat, dan tak lupa rambut yang selalu rapi tersisir dan klimis karena pake krim rambut, meski kepala bagian tengah Bapak sudah agak botak. Jangan lupa, jam tangan logam yang selalu menempek di pergelangan tangan kiri Bapak, wuih, MaasyaAllah, itu bikin Bapak terlihat gagah dan ruapih!
Kalo ada yang lihat Bapak, pasti teriak, "Eh, Bapaknya si Nia dateng!"
Temen-temen itu, Pak, langsung nengok dan ngeliatin Bapak dari pagar sekolah sampai masuk ke ruang guru. Mereka mengira Bapak itu polisi, bahkan ada yang nggak percaya dan bilang Bapak pasti intel, karena Nia sanggah kalo Bapak itu cuma pedagang karung bekas di Pasar Induk Cibitung.
Belum lagi seragam Nia yang berbeda dari yang lain. Saat itu, rok teman-temen Nia semuanya berempel full depan sampai belakang. Sedang rok Nia, cuma rempel 3 di samping kanan aja, dan di bagian atasnya ada kancing bungkus warna merah. Bagus n cantik! Terus, sepatu Nia juga beda. Di saat teman-temen bahkan ada yang cuma pake sendal di kelas, saat itu Nia udah pake sepatu kain yang mirip sepatu boot panjang sampai sebetis dan kainnya bisa dilipat ke bawah samapi ke mata kaki. Dan yang paling fenomenal di kelas itu, tas Nia, Pak. Tas Nia mirip koper dengan bentuk kokoh dari plastik dan full colour, Nia ingat warnanya biru tapi lupa apa gambarnya! Wuih, itu keren banget, Pak!
Semua yang Nia pake jadi pusat perhatian, apalagi kan Nia anak pindahan baru. MaasyaAllah pokoknya, waktu ada Bapak itu Nia bangga banget.
Terima kasih, ya, Pak, atas segala cinta yang kau beri meski tak pernah terucap. Dan baru Nia pahamin sekarang, bahwa cinta Bapak meski tak terangkai dalam kata, tapi selalu ada dalam bentuk nyata.
Terima kasih, ya, Pak, untuk semua peluh yang terkucur dan tak mungkin bisa terbalas bahkan hingga kini..
Pak, terima kasih sudah menjadi perantara kehadiran Nia di dunia. In syaa Allah dengan izin Allah, kita akan bertemu kembali di surga-Nya.
Sampai jumpa, Pak.
Anak bandelmu ini, selalu menanti pertemuan itu.
Bekasi, 29032025
Abah.. Kenapa rasa percaya itu sulit untuk tumbuh kembali... 🥹🥹
BalasHapusPelan2 Teh
Hapus