Minggu, 03 November 2019

Ketulusan Hati Yuli


Siang itu, Yuli pulang dengan baju kotor. Bocah perempuan kelas empat SD itu mengendap-endap ketika masuk rumah. Ia segera berganti pakaian. Sebenarnya Yuli bukan jatuh, tapi didorong oleh Arsi. Ini yang ketiga kalinya. Arsi sangat senang menggodanya, dari mengejek sampai mendorong.

Suatu hari, Arsi tidak tampak di sekolah. Yuli merasa kehilangan karena tidak ada yang menegur atau menjahilinya. Ibu guru memberitahu, bahwa Arsi diopname di Rumah Sakit Sentosa karena terserang demam berdarah.

Saat pulang sekolah, Yuli memberitahu kabar tersebut pada ibunya.

“Yuli ingin membesuk Arsi?” tanya Ibu.

Yuli menganggukkan kepalanya.

Ibu Yuli mendekap anaknya, "Iya sudah, nanti sore kita pergi besuk, ya."

"Terima kasih, Bu." Yuli memeluk ibunya erat sekali.

Sore harinya.

Di Rumah Sakit Sentosa, Yuli dan ibunya langsung menuju ruang perawatan anak. Di sana, terlihat Arsi yang sedang duduk disuapi oleh mamanya.

"Temannya Arsi, ya?" tanya Mama Arsi pada Yuli yang terlihat diam tanpa menegur.
Yuli hanya menganggukkan kepalanya.

"Kamu teman pertama yang menjenguk Arsi, lho. Terima kasih, ya." Mama Yuli menjawil dagu gadis manis bertompel itu.

Melihat kehadiran Yuli, Arsi langsung tersenyum, kemudian bertanya, "Hai, Yul. Kamu tidak marah sama aku, kan?"

Pertanyaan Arsi, membuat kedua ibu muda itu spontan bertanya, hampir bersamaan, "Marah kenapa?"

"Eh, tidak kok. Tidak apa-apa." Pertanyaan mereka malah dijawab oleh Yuli.

Pandangan kedua ibu muda beralih ke Arsi. Anak perempuan berusia 10 tahun itu hanya tersenyum.

"Maafin aku, ya? Aku janji tidak akan menggoda kamu lagi," ujar Arsi sambil mengulurkan tangan kanannya.

Yuli menyambut uluran tangan Arsi, “Iya, sama-sama."

Tompel besar yang hampir menutupi pipi kanannya, membuat Yuli dijauhi. Tidak ada yang mau berteman dengannya, bahkan sekedar menegur saja tidak mau. Semua hanya melirik, lalu buang muka.
Hanya Arsi yang mau menegurnya, meski dengan perlakuan yang kurang menyenangkan. Tapi justru, sikap Arsilah yang membuat dirinya merasa diperhatikan. Maka, perbuatan Arsi, tak pernah ia masukkan hati dan tak pernah ia adukan pada guru maupun orang tuanya.

***

Tahukah teman-teman, sikap Yuli yang mau memaafkan Arsi, mencerminkan salah satu dari 99 asmaul husna, yaitu Al Afuwwu artinya Yang Maha Pemaaf, seperti yang Allah firman dalam surah Al Hajj (22) ayat ke-60

{إنَّ اللهَ لَعَفُوٌّ غَفُوْرٌ}

“Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pema’af lagi Maha Pengampun”

Janji Allah, siapa yang memaafkan disaat dia mampu membalas, ia akan meraih Surga.
من سره أن يشرف له البنيان, وترفع له الدرجات فليعف عمن ظلمه, وليعط من حرمه, وليصل من قطعه”
"Barangsiapa yang ingin dibangunkan di surga, dibutuhkannya ia memafkan orang yang mendzaliminya, memberi orang yang bakhil sepakat dan menyambungkan silaturahmi kepada orang yang memenangkannya." (HR. Thabrani).

Dengan mempelajari Asma Allah, Al Afuwwu, Yang Maha Pemaaf ini, kita diharuskan untuk:
1. Beristighfar dan selalu bertaubat atas kesalahan yang sudah diperbuat, serta berjanji untuk tidak mengulanginya,
2. Memaafkan orang lain yang pernah berbuat salah pada kita.

Nia Kurniawati
Sumber gambar: Kaligrafi Al Afuww

Sabtu, 02 November 2019

Al dan Ulat Bulu



Aldrian, bocah lelaki berambut ikal hitam nan lebat yang selalu ingin tahu tentang segala hal.

Suatu hari, Al menemukan sesuatu yang membuatnya takjub saat sedang berkunjung ke rumah Om Vino.

Om Vino sangat suka berkebun. Pekarangan rumahnya cukup luas, ditanami beraneka pohon buah. Ada pohon jambu biji, mangga, pisang, dan nanas.

Saat sedang berjalan di pekarangan, Al menemukan hewan kecil berbulu lebat, halus, memanjang di sepanjang kanan dan kiri tubuhnya, warna kuning keemasan, menempel di daun jambu yang telah gugur. Ia berjongkok lalu mengamatinya.

Mama yang melihat tingkah Al, penasaran dengan temuan anaknya. Mama pun ikut jongkok di samping Al, "Sedang lihat apa, Al?"

Al menunjuk ke daun jambu yang baru saja ia balik, "Lihat, Ma! Lucu ya?"

Mama terjengkang ke belakang sampai terjatuh duduk, sambil memegang dadanya "Astaghfirullah, Al!"

Al malah tertawa melihat reaksi mamanya.

"Al, itu ulat bulu. Jangan dibuat mainan. Geli dan bisa gatal-gatal kulit kamu!" ujar Mama sambil menepuk-nepuk bajunya.

"MaasyaAllah. Allah itu hebat ya, Ma? Bisa menciptakan ulat bulu dengan berbagai jenis bentuknya."

"Dari mana Al tahu?"

"Kan di rumah kita juga pernah ada ulat bulu, yang warna hitam bintik merah, terus ada lagi yang warna hijau yang ada di pohon jeruknya Mama."

"Oh, iya." Mama bangkit sambil menggandeng tangan Al, mengajaknya masuk ke dalam rumah Om Vino, "lalu, apalagi yang membuat Al bisa bilang Allah itu hebat?"

"Al, Mama, Papa, Nenek, Kakek, Om Vino, Tante Amel, pohon, gunung,  pokoknya semuanya Allah yang menciptakan!" seru Al sambil melompat dan mengangkat kedua tangannya ke udara.

Teman-teman setuju, ya, dengan Al, bahwa Allah itu memang hebat.

Lihatlah gugusan bintang di langit, deretan gunung, hamparan pepohonan, dan semua yang ada di bumi dan di langit.

Pada awalnya, semua itu tiada. Sebab, segala sesuatu tidak mungkin ada dengan sendirinya. Siapa yang mengadakannya?

Ya, teman-teman benar! Semua Allah yang mengadakan. Itulah sebabnya Allah juga dikenal sebagai Al Bari', Yang Mengadakan dari Yang Tiada.

Allah berfirman:

هُوَ اللَّهُ الْخَالِقُ الْبَارِئُ الْمُصَوِّرُ ۖ لَهُ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَىٰ ۚ يُسَبِّحُ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۖ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ 
Terjemah Arti: Dialah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Asmaaul Husna. Bertasbih kepada-Nya apa yang di langit dan bumi. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Al Hasyr (59) ayat 24)

Nah, teman-teman, mari kita mengagungkan Asma Allah, Al Bari' dengan cara:
1. Selalu memuji ciptaan Allah,
2. Tidak menghina bentuk ciptaan Allah,
3. Selalu berdzikir.

Nia Kurniawati

Sumber gambar: Kaligrafi Al Baari

Jumat, 01 November 2019

Pesan Bunda



Ibu sedang sibuk menyelesaikan pesanan gado-gado dari Ibu Berty, saat Lucky tiba dari sekolah.

"Bunda, Lucky bantu, ya?" tanya Lucky, setelah memberi salam dan mencium tangan Bundanya.

"Alhamdulillah, boleh." Bunda tersenyum pada Lucky, "tapi ganti baju dulu, ya."

Lucky langsung masuk ke dalam rumah dan berganti pakaian, lalu menghampiri Bundanya lagi.

"Tolong, antarkan gado-gado ini ke Ibu Berty, ya." Ibu menyerahkan kantong plastik warna hijau yang berisi 1 bungkus gado-gado.

"Baik, Bu," ucap Lucky.

"Tapi, Lucky harus ingat, ya. Tidak boleh meminta upah ke Ibu Berty," pesan Bunda pada Lucky.

"Siap, Bunda." Lucky pun bergegas ke rumah Ibu Berty.

Sesampainya di rumah Ibu Berty, Lucky lantas menyerahkan bungkusan gado-gado tersebut.

"Terima kasih ya, Nak Lucky," ucap Ibu Berty sambil memberikan satu lembar uang dua ribuan, "ini, upah buat kamu."

"Maaf Bu, saya tidak bisa menerimanya." Lucky menolak pemberian Ibu Berty dengan sopan.

"Tidak boleh, ya, sama Bunda?" Ibu Berty tetap  merayu Lucky. "Kan, Bunda tidak lihat?"

"Tapi, Allah kan lihat, Bu," jawab Lucky, "lagi pula, Lucky membantu supaya makin disayang Allah dan Bunda."

Ibu Berty tersenyum, "Anak hebat! Terima kasih ya, Nak Lucky." Ibu Berty membelai rambut Lucky dan melambaikan tangannya saat Lucky berpamitan pulang.

Lucky pulang dengan bahagia, karena sudah bisa membantu Bunda.