CHUBBY
Nia Kurniawati
Padli, terus menatap sedih, pada gundukan tanah di samping pekarangan rumahnya. Kemarin, kelinci kesayangannya mati terlindas motor, lalu dikubur di sana.
Chubby, nama kelinci peliharaan Padli, melompat keluar pagar melalui kolong pintu pagar yang berjarak kurang lebih, lima belas centi meter dari permukaan tanah, menghindari kejaran Padli. Sebuah motor melintas, tanpa sempat mengerem. Akhirnya, chubby kelinci berbulu putih itu pun tewas terlindas.
Bunda Titin, tidak tega melihat keadaan putranya yang terus menerus bersedih.
"Padli, sudah hampir gelap. Ayo siap-siap sholat maghrib." Bunda Titin, menggandeng anak lelaki berusia tujuh tahun itu. Jika tidak digandeng, Padli sulit untuk diminta masuk rumah.
Selepas sholat dan mengaji, Bunda Titin sudah menyiapkan gambar dan kertas origami.
"Padli, hari ini, bunda punya sesuatu untuk kamu." Bunda Titin memperlihatkan gambar yang sedari tadi sudah ada di atas meja lipat milik Padli.
"Wah, bagus banget gambar kelincinya, Bunda. Aku suka," ujar Padli.
"Alhamdulillah, bunda sudah menduganya. Ayo kita warnai."
Anak lelaki berambut keriting itu, antusias. Lalu, langsung mewarnai gambar kelinci. Sambil sesekali mengatakan, kelincinya mirip chubby.
Sambil menemani Padli, Bunda Titin bertanya perihal makhluk ciptaan Allah.
"Padli sayang sama chubby ya, Nak?"
"He em." Padli menjawab sambil lalu karena sedang asyik mewarnai.
Bunda membelai rambut Padli. "Sayang tahu nggak, siapa yang menciptakan chubby?"
"Allah," jawab Padli tanpa menoleh.
"Kalau makhluk ciptaan Allah, apakah dia bisa hidup selamanya di dunia?" tanya Bunda Titin selanjutnya.
Pertanyaan Bunda Titin, mampu mengalihkan konsentrasi Padli. Dia meletakkan krayonnya dan mengalihkan pandangannya ke arah Bunda Titin.
"Semua makhluk ciptaan Allah, tidak ada yang abadi. Aku masih ingat dua bulan lalu, sewaktu Tante Wulan meninggal, Bunda cerita tentang hal ini,"
"Lalu?"
"Semua yang bernyawa pasti akan mati." Padli berusaha mengingat nasihat bundanya.
"Benar! Jadi, chubby meninggal itu wajar, bukan?"
Padli tertundun lesu, mendengar pertanyaan bundanya.
"Iya, Bunda. Aku tahu. Tapi, sedih banget. Karena aku sangat sayang pada cubby." Padli memeluk Bunda Titin.
"Anak bunda, sedih boleh. Yang tidak boleh sedih berlebihan. Sampai nggak mau makan, nggak mau denger panggilan bunda, susah disuruh mandi, susah disuruh sholat." Bunda mengangkat kepala anak kesayangannya dan mengusap air matanya.
"Anak bunda kan bisa berdoa sama Allah, minta diberi kemudahan untuk mendapatkan kelinci baru." Lanjut bunda.
"Iya, Bunda. Padli mengerti
Maafin Padli ya, kemarin nggak dengerin perintah Bunda."
"Iya, bunda paham kok. Anak bunda masih sedih." Bunda Tirin tersenyum dan mengajak Padli untuk tersenyum juga.
"Sekarang kita selesaikan mewarnai gambar kelincinya. Setelah itu, kalau Padli belum cape, kita akan melipat bentuk kelinci."
"Wah, aku mau, Bunda."
Padli bersemangat kembali. Dia ingin segera menyelesaikan mewarnai, agar bisa melipat bentuk kelinci. Kalau sudah selesai melipat, bunda biasanya akan mendongeng. Padli selalu menyukai dongeng yang diceritakan bundanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar